kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   19.000   0,99%
  • USD/IDR 16.330   14,00   0,09%
  • IDX 7.345   -53,46   -0,72%
  • KOMPAS100 1.030   -14,36   -1,37%
  • LQ45 782   -6,67   -0,85%
  • ISSI 245   -3,19   -1,29%
  • IDX30 405   -3,55   -0,87%
  • IDXHIDIV20 467   0,58   0,12%
  • IDX80 116   -1,36   -1,15%
  • IDXV30 118   -0,58   -0,49%
  • IDXQ30 130   -0,02   -0,02%

Pengamat Indef: Rupiah kembali ke basic


Kamis, 10 Oktober 2013 / 13:55 WIB
Pengamat Indef: Rupiah kembali ke basic
ILUSTRASI. Bingung Cara Memangkas Tanaman untuk Perawatannya? Simak Tips Ini!


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) masih terdepresiasi. Pengamat melihat hal ini sebagai imbas dari kondisi perekonomian yang sedang bergejolak baik dalam negeri maupun global.

Sebagian pihak menanggapi fenomena volatilitas rupiah sebagai upaya mencari titik keseimbangan baru dari nilai tukar rupiah. Namun, Aviliani, peneliti Institute for Development of Economic and Finance (Indef) menilai, nilai tukar rupiah saat ini bukan merupakan upaya mencari titik keseimbangan baru, melainkan kembali pada dasarnya.

"Ini bukan sedang mencari keseimbangan baru. Ini kembali ke basic (dasar)," kata Aviliani di Jakarta, Kamis (10/10).

Menurutnya, kondisi rupiah saat ini menunjukkan kondisi perekonomian Indonesia yang sebenarnya. "Inilah indonesia yang sebenarnya, Rp 12.000 (per USD)," ujarnya.

Meski begitu, menurut Aviliani, pemerintah tetap perlu menjaga agar nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) tidak lebih dari level Rp 12.000. Sebab, jika lebih dari level itu, dikhawatirkan akan berakibat pada inflasi yang akan mencapai angka dua nomor alias double digit.

"Kalau sudah di atas Rp 12.000, itu bahaya. Inflasi bisa double digit. Itu PR pemerintah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×