CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.386.000   -14.000   -1,00%
  • USD/IDR 16.295
  • IDX 7.288   47,89   0,66%
  • KOMPAS100 1.141   4,85   0,43%
  • LQ45 920   4,23   0,46%
  • ISSI 218   1,27   0,58%
  • IDX30 460   1,81   0,40%
  • IDXHIDIV20 553   3,30   0,60%
  • IDX80 128   0,57   0,44%
  • IDXV30 130   1,52   1,18%
  • IDXQ30 155   0,78   0,50%

Pengamat Iklim: Cuaca Musim Kemarau Picu Tingginya Polusi Udara


Senin, 14 Agustus 2023 / 16:47 WIB
Pengamat Iklim: Cuaca Musim Kemarau Picu Tingginya Polusi Udara
ILUSTRASI. Belakangan ini Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta masuk dalam kategori menghawatirkan dan tidak sehat. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belakangan ini Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta masuk dalam kategori menghawatirkan dan tidak sehat bagi kelompok sensitif. 

Pengamat Iklim dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Emilya Nurjani menerangkan bahwa udara di musim kemaru dengan curah hujan dan kecepatan angin yang rendah menjadi salah satu penyebab peningkatan pencemaran udara. 

"Secara teori memang benar, karena jika ada hujan maka gas hasil pembakaran akan larut dengan air dan diturunkan ke permukaan sehingga udara kembali bersih. Dengan kondisi sekarang di mana sudah lama tidak hujan dan kelembaban juga cukup rendah, keberadaan gas tadi jadi banyak,” kata Emilya dalam keteranganya, Senin (14/8). 

Baca Juga: Tekan Polusi Udara di Jabodetabek, Kemenhub Kaji Penerapan Skema 4 In 1

Meski begitu, ia menekankan bahwa cuaca dan iklim bukan menjadi satu-satunya penyebab tingginya angka pencemaran udara.

Adapun faktor pemicu lainya adalah aktivitas manusia mulai dari sarana transportasi, industri, hingga permasalahan sampah juga ikut berkontribusi dalam hal ini. 

"Kecenderungannya di musim penghujan kualitas udara lebih bagus dibanding musim kemarau, tapi pada saat pandemi kita melihat bahwa kualitas udara juga cukup baik bahkan saat musim kemarau. Jadi itu bukan satu-satunya variabel, meskipun musim penghujan tetap jika sumber pencemaran cukup tinggi maka kualitas udara bisa buruk juga,” imbuh Emilya. 

Emilya menuturkan, masyarakat dapat memantau kualitas udara melalui Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) yang diperbarui setidaknya satu kali dalam sehari. 

ISPU digunakan untuk menggambarkan kondisi mutu udara ambien di lokasi tertentu dan didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika, dan makhluk hidup lainnya. 

Perhitungan ISPU dilakukan pada 7 parameter yakni PM10, PM2.5, NO2, SO2, CO, O3, dan HC. PM2.5 yang merupakan penambahan baru. Menurut Emilya, pemantauan ini penting untuk dilakukan karena hal tersebut berkaitan dengan kesehatan.

Baca Juga: Menteri LHK Siti Nurbaya Beberkan Sumber Utama Polusi Udara di Jabodetabek

“Baru ditambahkan karena ternyata disinyalir akan berpengaruh pada kesehatan manusia. PM2,5 bisa masuk ke dalam saluran hidung, kalau sudah sampai paru-paru akan susah untuk keluar,” terangnya.  

Sebagai informasi, per pukul 08.00 WIB, kualitas udara Jakarta masuk kategori tidak sehat dengan nilai 153 AQI US. Untuk hari-hari berikutnya hingga Sabtu, 19 Agustus 2023, prakiraan kualitas udara Ibu Kota adalah tidak sehat bagi kelompok sensitif.

Situs pemantau kualitas udara, IQAir, mencatat tingkat polusi udara Jakarta sepanjang pekan ini berpotensi di angka 122-153 AQI US.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×