Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Demi menanggulangi dampak wabah virus Corona (Covid-19), pemerintah telah menyiapkan berbagai alternatif pembiayaan, seperti menerbitkan obligasi global dan memangkas anggaran belanja Kementerian/Lembaga (K/L) terkait.
Ekonom Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia Fajar B. Hirawan menilai, keputusan pemerintah untuk menerbitkan sejumlah obligasi global merupakan hal yang sangat tepat.
Terlebih, menurutnya pemangkasan dan realokasi anggaran sepertinya tidak akan cukup untuk mendapatkan dana yang memadai.
"Hal ini yang akhirnya membuat pemerintah melebarkan defisit anggarannya di kisaran 5%. Meskipun saya pikir defisit anggaran 5% tampaknya juga masih belum cukup untuk membiayai dampak dari Covid-19," ujar Fajar kepada Kontan.co.id, Selasa (7/4).
Lebih lanjut, Fajar mengatakan sepertinya pemerintah juga tidak memiliki banyak pilihan untuk membiayai anggaran yang cenderung terbatas di tengah wabah Corona ini.
Baca Juga: Realokasi APBD belum rampung, penanganan Covid-19 masih bebani APBN
Untuk itu, penerbitan sejumlah obligasi merupakan langkah yang sangat tepat, karena akan menjadi salah satu alternatif pembiayaan anggaran.
"Indonesia mungkin menjadi negara pertama di kawasan Asia yang menerbitkan bonds untuk merespons dampak dari Covid-19. Respons pasar juga lumayan baik dan yang terpenting bonds ini tenornya jangka panjang. Kita berharap banyak pelaku pasar yang semakin tertarik dengan instrumen ini," paparnya.
Namun, apabila respons pasar tidak terlalu baik dalam menanggapi penerbitan obligasi ini, menurut Fajar masih ada peran dari Bank Indonesia (BI) yang setidaknya masih bisa membantu melalui pembelian pandemic bond yang direncanakan akan diterbitkan pemerintah nanti.
Di mana, BI dinilai dapat meningkatkan likuiditas pasar dan membiayai anggaran pemerintah. Lebih lanjut, Fajar menjelaskan pemangkasan dan realokasi anggaran yang dilakukan oleh pemerintah, dapat membuat tujuan yang ingin dicapai oleh K/L tidak akan terwujud.
"Namun, dalam hal ini setidaknya kita harus fokus pada prioritas, yaitu mengurangi dampak negatif dari Covid-19," kata Fajar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News