kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pengamat: Bulog tidak mungkin capai target serapan beras sampai Juni


Kamis, 10 Mei 2018 / 18:25 WIB
Pengamat: Bulog tidak mungkin capai target serapan beras sampai Juni
ILUSTRASI. Impor beras


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perum Bulog melalui Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) telah ditugaskan untuk menyerap gabah/beras sebanyak 2,2 juta ton hingga Juni tahun ini.

Namun, hingga Selasa (8/5), Bulog baru melakukan pengadaan dalam negeri sebanyak 682.000 ton. Artinya, Bulog masih harus menyerap beras lebih dari 1,5 juta ton.

Pengamat Pertanian Dwi Andreas menilai, Perum Bulog tidak akan mungkin mencapai target serapan sebesar 2,2 juta ton hingga akhir Juni ini. Menurutnya, Hal ini karena tingginya harga gabah di tingkat petani.

"Tidak mungkin tercapai. Ini bukan kesalahan Bulog, apalagi kesalahan pemimpin. Karena memang harga gabah tinggi, bulan lalu saja Rp 4.300 per kg, sementara harga pembelian pemerintah Rp 3.700 per kg. Persoalan intinya itu di inpres, selama tidak diubah tidak akan tercapai," ujar Dwi kepada Kontan.co.id, Kamis (10/5).

Dwi membeberkan, berdasarkan hasil kajian Asosiasi Bank Benih Tani Indonesia (AB2TI) harga gabah di wilayah produsen padi sejak Januari hingga Mei masih tergolong tinggi. Pada Januari harga gabah sekitar Rp 5.667 per kg, pada Februari harga gabah sekitar Rp 4.853 per kg, Maret sekitar Rp 4.472 per kg, April sekitar Rp 4.319 dan Mei sudah mencapai Rp 4.500 per kg.

"April seharusnya harga paling rendah, sementara tahun ini paling rendah Rp 4.300 per kg, sementara tahun lalu Rp 3.800 per kg. Ini yang perlu diwaspadai. Artinya tidak perlu mencari kambing hitam. Permasalahannya di produksi dan data yang ngawur," terang Dwi.

Menurut Dwi, kelangkaan beras di tahun lalu berimbas sampai saat ini. Ini pula yang menyebabkan harga relatif tinggi. Dwi pun mengkhawatirkan produksi beras tahun ini. Pasalnya, menurutnya kekeringan sudah mulai menyebabkan kegagalan panen.

Dwi meminta pemerintah terus meningkatkan cadangan beras di akhir tahun. "Idealnya 1,5 juta ton, mau diperoleh dari dalam negeri atau luar negeri itu terserah," tandas Dwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×