Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Khomarul Hidayat
Kemenkeu mencatat perkembangan asumsi dasar ekonomi makro dilihat dari sisi harga minyak mentah Indonesia berdasarkan data per 16 Desember 2019 sebesar US$ 63,1 per barel, lebih rendah daripada outlook APBN yang sebesar US$ 70 per barel.
Selanjutnya, lifting minyak mentah Indonesia hanya mencapai 755.000 barel per hari atau masih minim bila dibandingkan target APBN 2019 sebanyak 775.000 barel per hari. Kemudian, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat di level Rp 14.197 per dollar AS, sementara outlook 2019 senilai Rp 15.000 per dollar AS.
Baca Juga: Utang luar negeri Indonesia naik 11,9% yoy pada Oktober 2019
Adapun secara umum, realisasi penerimaan pajak sepanjang Januari-November 2019 mencapai Rp 1.136,17 triliun. Pencapaian tersebut baru 72,02% dari target akhir tahun sebesar Rp 1.577,56 triliun.
Artinya, selama bulan Desember ini, pemerintah perlu mencari penerimaan pajak sebesar Rp 441,39 triliun agar mencapai target.
Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Suryo Utomo menyebut shortfall pajak akan melebar dari outlook yakni di rentang Rp 140 triliun-Rp 200 triliun. Dia bilang sampai dengan 13 Desember 2019, pertumbuhan PPh non migas mencapai 2% secara tahunan. Ini menunjukkan harapan untuk bisa mengimbangi koreksi penerimaan dari PPh migas.
Baca Juga: Kemenkeu siapkan perubahan sistem anggaran belanja dalam APBN
“Dalam beberapa hari menunjukkan sesuatu yang signifikan, untuk PPh non migas,” kata Suryo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News