kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   -200,00   -1,24%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Penerimaan Bea Keluar Seret, Setoran Cukai Bisa Jadi Andalan


Minggu, 03 September 2023 / 19:18 WIB
Penerimaan Bea Keluar Seret, Setoran Cukai Bisa Jadi Andalan
ILUSTRASI. Penerimaan bea keluar memang sangat terpengaruh terhadap kondisi atau kinerja ekspor serta harga komoditas.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menargetkan penerimaan bea keluar pada tahun 2024 sebesar Rp 17,5 triliun. Target tersebut turun 11,5% jika dibandingkan dengan outlook tahun ini sebesar Rp 19,8 triliun.

Berdasarkan catatan, memang kinerja bea keluar menunjukkan penurunan sejak adanya kebijakan hilirisasi sumber daya alam (SDA).

Misalnya saja pada tahun 2022, bea keluar mampu tumbuh 15,2% atau tercatat Rp 39,8 triliun. Sayangnya pada tahun ini, penerimaan bea keluar diperkirakan terkontraksi sebesar 50,3% atau tercatat hanya Rp 19,8 triliun.

Hal ini dipengaruhi oleh moderasi harga komoditas utama dunia terutama crude palm oil (CPO), penurunan volume ekspor mineral, dan penyesuaian tarif bea keluar produk mineral seiring dengan kemajuan hilirisasi SDA.

Sebaliknya, setoran cukai justru menunjukkan kinerja yang positif. Misalnya pada tahun 2022 , penerimaan cukai berhasil mencapai Rp 226,9 triliun. Kemudian akhir tahun 2023 ini diperkirakan mampu tumbuh 0,1% atau sebesar Rp 227,2 triliun.

Baca Juga: Belanja Perpajakan 2024 Sebesar Rp 374,5 Triliun Dinilai Terlalu Besar

Sementara itu, penerimaan cukai dalam RAPBN 2024 diperkirakan sebesar Rp 246,07 triliun atau tumbuh 8,3% dari outlook 2023. Apalagi pemerintah akan melakukan ekstensifkasi cukai berupa barang kena cukai baru berupa plastik dan minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) pada tahun depan.

Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, maka pemerintah bisa mengoptimalkan penerimaan perpajakan dengan cara menggenjot setoran cukai dibandingkan bea keluar.

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan, penurunan setoran bea keluar tersebut berkaitan dengan kondisi global, baik dari faktor permintaan global maupun harga komoditas.

Dalam kondisi saat ini di mana perekonomian global melambat, memang tantangan untuk meningkatkan penerimaan bea keluar menjadi tidak mudah.

"Ini terlihat dari tren surplus neraca perdagangan yang menipis," ujar Eko kepada Kontan.co.id, Minggu (3/9).

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), keuntungan neraca perdagangan pada Juli 2023 hanya sebesar US$ 1,31 miliar. Capaian ini menurun 2,14% mom jika dibandingkan dengan Juni 2023 maupun lebih rendah 2,82% yoy dibandingkan Juli 2022.

Di sisi lain, Eko menilai, setoran cukai yang meningkat didasarkan pada konsumsi domestik yang masih cenderung stabil, terutama untuk produk-produk yang menjadi objek cukai seperti cukai rokok , etil alkohol dan minuman mengandung etil alkohol.

Oleh karena itu, dirinya menilai bahwa dengan kondisi tersebut akan sulit kinerja bea keluar untuk mengimbangi atau mengejar setoran cukai.

"Dua kondisi yang beda ini membuat upaya mengejar (mengimbangi) cukai sepertinya lebih sulit," katanya.

Memang hilirisasi SDA dan memajukan industri tembakau merupakan dua hal yang sama-sama penting. Hanya saja, dengan kondisi domestik yang masih tumbuh cukup baik dibandingkan kondisi global, maka upaya menghidupi industri tembakau bisa menjadi kebijakan yang menarik.

Menurutnya, hal ini tersebut bisa membuat perekonomian petani tembakau lebih membaik dan pada akhirnya ekosistem di industri tembakau, termasuk setoran cukai juga lebih optimal.

Di hubungi berbeda, Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, penerimaan bea keluar memang sangat berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja ekspor serta harga komoditas.

Oleh karena itu, upaya untuk mendorong nilai tambah dari produk ekspor Indonesia serta diversifikasi pangsa pasar ekspor merupakan dua hal yang bisa mendorong penerimaan bea keluar.

"Untuk nilai tambah yang lebih tinggi, tentu kita berharap Indonesia bisa meningkatkan proporsi ekspor produk manufaktur dalam beberapa tahun ke depan," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (3/9).

Untuk itu, diharapkan penerimaan dari pos lain seperti pajak bisa bergeliat sehingga bisa mengkompensasi penurunan yang terjadi pada setoran bea keluar.

Baca Juga: Terdampak Hilirisasi, Kemenkeu Pangkas Target Penerimaan Bea Keluar Tahun Depan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×