kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.895.000   -28.000   -1,46%
  • USD/IDR 16.299   19,00   0,12%
  • IDX 7.195   -3,66   -0,05%
  • KOMPAS100 1.048   -2,86   -0,27%
  • LQ45 816   -2,02   -0,25%
  • ISSI 227   0,68   0,30%
  • IDX30 427   -1,47   -0,34%
  • IDXHIDIV20 507   -1,01   -0,20%
  • IDX80 118   -0,33   -0,28%
  • IDXV30 120   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,56   -0,40%

Penerbitan Dimsum Bond &Kangaroo Bond Jadi Langkah Atasi Risiko Volatilitas Mata Uang


Senin, 26 Mei 2025 / 18:23 WIB
Penerbitan Dimsum Bond &Kangaroo Bond Jadi Langkah Atasi Risiko Volatilitas Mata Uang
ILUSTRASI. Suasana transaksi Surat Berharga Negara (SBN) di bagian treasury Bank Syariah Indonesia, Jakarta, Kamis (15/5/2025). Utang luar negeri pemerintah kuartal I/2025 tercatat menyentuh US$ 206,9 miliar atau setara Rp 3.427,5 triliun dengan asumsi kurs JISDOR akhir Maret 2025 senilai Rp 16.566 per dolar AS. Utang tersebut meningkat 7,6% secara tahunan, dipengaruhi oleh penarikan pinjaman dan peningkatan aliran masuk modal asing pada SBN internasional. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah Indonesia mulai mempertimbangkan penerbitan untuk surat utang internasional non dolar Amerika Serikat (AS), seperti Dimsum Bond dan Kangaroo Bond sebagai strategi untuk mengurangi risko terkait volatilitas nata uang serta memenuhi kebutuhan impor dari negara-negara mitra.

Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menegaskan bahwa pilihan pembiayaan dalam dolar Australia dan tuan Tiongkok dipicu oleh volatilitas dolar AS yang akhir-akhir ini cenderung mengalami peningkatan volatilitas.

“Sehingga dikhawatirkan ke depannya, beban dari pembayaran bunga juga meningkat,” ujar Josua kepada Kontan.co.id, Senin (25/6).

Di sisi lain, Josua menjelaskan bahwa pembiayaan menggunakan mata uang yang lebih baru diperkirakan bisa terkait dengan kebutuhan impor pemerintah dari Australia dan Tiongkok, sehingga pemerintah bisa dengan mudah membelanjakan kebutuhan tersebut melalui mata uang tersebut.

Josua juga mengatakan bahwa kemungkinan pemerintah akan tetap terbuka untuk menerbitkan surat utang dalam mata uang lainnya selain dolar AS, yen Jepang, dan euro.

“Tujuan untuk mendiversifikasi risiko pembayaran bunga utang ke depannya,” jelas Josua.

Baca Juga: Pemerintah Pertimbangkan Penerbitan Dimsum Bond dan Kangaroo Bond Tahun Ini

Hal ini juga berkaitan dengan meningkatnya ketidakstabilan global yang berasal dari AS.

Salah satu keuntungan dari memperluas mata uang untuk pembiayaan, menurut Josua, adalah diversifikasi pembiayaan.

“Sehingga ketika terjadi gejolak salah satu mata uang, tidak serta merta meningkatkan beban bunga dari APBN,” kata Josua.

Josua mengingatkan bahwajika pemerintah terlalu terdiversifikasi , maka pasokan dolar AS di dalam negeri bisa menjadi lebih terbatas.

“Karena pasokan dolar AS dari pembiayaan dolar AS cenderung turun,” tambah Josua.

Terbatasnya pasokan tersebut kemudian bisa berdampak pada penurunan likuiditas dolar AS, padahal kebutuhan untuk dolar AS masih tinggi secara umum dalam transaski internasional.

Baca Juga: Kurangi Ketergantungan Dolar, Alasan Pemerintah Akan Rilis Dimsum dan Kangaroo Bond?

Selanjutnya: Bahlil Ungkap Alasan Pemerintah Berencana Tambah 6,3 GW PLTU Batubara hingga 2034

Menarik Dibaca: Koleksi Anak Summer 2025 Tampil di Perayaan 16 Tahun Grand Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×