Reporter: Indra Khairuman | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah mempertimbangkan untuk menerbitkan Dimsum Bond dan Kangaroo Bond sebagai diversifikasi pembiayaan untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang dominan global.
Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, pemerintah memilih Dimsum Bond dan Kangaroo Bond sebagai langkah diversifikasi pembiayaan, untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Tujuan lain adalah menyebarkan risiko nilai tukar rupiah, memperkuat hubungan dengan Tiongkok dan Australia, serta juga memenuhi permintaah pasar yang lebih luas di luar pasar dolar yang semakin volatil.
“Pemerintah ingin mengurangi ketergantungan pada dolar AS, yang selama ini mendominasi lebih dari 80% porsi utang valas pemerintah,” ujar Banjaran kepada Kontan.co.id, Senin (26/5).
Baca Juga: Pemerintah Pertimbangkan Penerbitan Dimsum Bond dan Kangaroo Bond Tahun Ini
Banjaran menyebutkan, sebelumnya pemerintah telah mencoba memasuki beberapa pasar valas, seperti Samurai Bond (yen Jepang), Global Bond (dolar AS), Euro Bond (Euro), dan Global Sukuk.
“Penerbitan Dimsum dan Kangaroo Bonds adalah bagian dari diversifikasi perluasan basis pasar,” kata Banjaran.
Pemerintah juga memiliki peluang untuk menarik lebih banyak investor dengan menerbitkan surat utang dalam mata uang negara lain melalui instrumen berbasis ESG sesuai dengan tren investasi global saat ini.
Banjaran menilai, diversifikasi surat utang non dolar AS bisa membantu menurunkan risiko konsentrasi valuta, menekan biaya pendanaan, dan memperluas jangkauan investor global.
Namun, upaya tersebut juga memiliki tantangan, seperti manajemen risiko nilai tukar yang lebih rumit, kemungkinan terbatasnya likuiditas pasar, kebutuhan untuk tambahan hedging, dan penguatan infrastruktur pasar antar valuta.
“Selain itu, meskipun instrumen diterbitkan dalam yuan atau dolar Australia, perlu tetap diperhatikan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah masih dipengaruhi oleh dolar AS sebagai mata uang dominan global,” tambah Banjaran.
Baca Juga: Downgrade Kredit AS Tekan Pasar Obligasi, Yield SBN Diproyeksi Terus Naik
Selanjutnya: KLH Dorong Percepatan Penggunaan Kendaraan Listrik
Menarik Dibaca: Promo Sociolla Payday Periode 23 Mei-1 Juni 2025, Toner-Hair Oil Diskon hingga 60%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News