kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Pemerintah Pertimbangkan Penerbitan Global Bond, Ekonom Ingatkan Hal Ini


Minggu, 25 Mei 2025 / 18:59 WIB
Pemerintah Pertimbangkan Penerbitan Global Bond, Ekonom Ingatkan Hal Ini
ILUSTRASI. Pemerintah nampaknya akan mengebut penarikan utang baru dengan menerbitkan Global Bond dalam denominasi valuta asing (Valas). KONTAN/Cheppy A. Muchlis/06/08/2024


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) nampaknya akan mengebut penarikan utang baru dengan menerbitkan Global Bond alias Surat Utang Negara (SUN) dalam denominasi valuta asing (Valas).  

Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono dalam konfrensi pers APBNKiTA Mei 2025 mengatakan, pemerintah tengah mempertimbangkan opsi ini sebagai bagian dari strategi diversifikasi pembiayaan program-program APBN.

Salah satu yang sedang dipertimbangkan diantaranya menerbitkan Dimsum Bond atau SUN dalam mata uang Tiongkok, Renminbi (RNB), dan opsi lainnya menerbitkan Kangaroo Bond, yakni SUN dalam bentuk dolar Australia (AUD) 

Baca Juga: Kemenkeu Cairkan Anggaran Rp 15,15 Triliun untuk Bulog Jaga Ketahanan Pangan

"Pemerintah juga sedang mempertimbangkan untuk menerbitkan global bonds dalam Reminmbi yaitu dimsum bond atau kangaroo bond untuk di Australia," ujar Thomas Djiwandono, Jumat (23/5).

Sementara itu Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto mengatakan, pertimbangan serius pemerintah untuk menerbitkan Dimsum Bond dan Kangaroo Bond merupakan upaya diversifikasi instrumen dan perluasan basis investor yang sangat diperlukan dalam mengelola portofolio utang pemerintah yang optimal, serta untuk meminimalkan beban biaya alias cost of fund dengan risiko yang terkendali.

"Diversifikasi mata uang dalam penerbitan SBN ini menjadi lebih relevan lagi dalam kondisi pasar keuangan global yang sangat dinamis saat ini, termasuk volatilitas USD,” ujar Suminto.

Rencana pemerintah untuk menerbitkan Global Bond mendapat tanggapan positif dari kalangan ekonom. Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA), David Sumual, menilai langkah ini merupakan bagian penting dari upaya diversifikasi sumber pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

David menilai proses administrasi dan persyaratan penerbitan Dimsum Bond relatif lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan Panda Bond.

"Tren pasar saat ini menunjukkan pergeseran, di mana para investor global mulai melirik negara berkembang dengan mata uang kuat dan stabil (hard currency), untuk mendiversifikasi portofolio mereka ke obligasi pemerintah berdenominasi mata uang tersebut," ujar David kepada Kontan, Minggu (25/5).

Ia menyebut beberapa mata uang yang kini diminati investor global antara lain Yen (JPY), Yuan (CNY), dan Dolar Australia (AUD). Menurut David, langkah ini juga menjadi strategi untuk menghindari risiko ketidaksesuaian mata uang (currency mismatch), terutama bila investor enggan mengambil risiko dalam Rupiah atau Dolar AS.

Baca Juga: Kemenkeu Sudah Cairkan Rp 11,5 Triliun untuk Subsidi Perumahan MBR FLPP

Lebih lanjut, David menyoroti kondisi suku bunga di Tiongkok yang cenderung rendah, sehingga dapat mengurangi beban utang pemerintah dan secara bersamaan menambah likuiditas valuta asing di dalam negeri dalam bentuk Renminbi (RMB).

“Saat ini kita memang membutuhkan Yuan, karena banyak impor barang dari China yang mengharuskan pembayaran dalam mata uang tersebut. Permintaan Yuan di dalam negeri pun terus meningkat,” ungkapnya.

David mencatat bahwa dalam tiga tahun terakhir, terjadi tren kenaikan permintaan likuiditas dalam Yuan seiring dengan meningkatnya impor dari China. Oleh karena itu, penerbitan obligasi dalam mata uang lokal seperti Yuan juga bisa mendukung implementasi Local Currency Settlement (LCS) dan transaksi mata uang lokal lainnya.

Ia juga menyinggung peluang penerbitan obligasi lainnya seperti Kangaroo Bond yang menyasar pasar Australia. Di negara tersebut, banyak investor institusi seperti perusahaan asuransi dan hedge fund yang mencari diversifikasi aset dalam berbagai instrumen dan mata uang.

Namun David menekankan bahwa keputusan penerbitan obligasi dalam mata uang tertentu harus mempertimbangkan kondisi likuiditas serta tren suku bunga dan imbal hasil (yield). Saat ini, menurutnya, imbal hasil Yuan cenderung turun, sementara imbal hasil Dolar AS justru naik.

"Ini menjadi momentum yang baik untuk menerbitkan obligasi dalam Yuan. Pemerintah harus cermat membaca situasi, karena jika yield Dolar terus naik, beban utang dalam Dolar juga akan meningkat. Maka, diversifikasi pembiayaan menjadi sangat penting," tutupnya.

Baca Juga: Kemenkeu Sudah Kucurkan Anggaran Subsidi Rp 47,4 Triliun Sampai April 2025

Sementara itu Global Markets Economist at Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menilai Dimsum Bond yang diterbitkan di pasar luar negeri seperti Hong Kong memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Meski demikian, ia mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap volatilitas mata uang Yuan.

“Prospeknya cukup bagus karena kita bisa mengincar investor dari China. Tapi, harus hati-hati juga karena saat ini volatilitas mata uang yuan cukup tinggi,” ujar Myrdal kepada Kontan, Minggu (25/5).

Menurutnya, arah sentimen terhadap ekonomi China akan sangat menentukan pergerakan Yuan. Jika sentimen terhadap China membaik, nilai tukar Yuan bisa menguat, yang berpotensi meningkatkan beban pembayaran kupon dalam mata uang tersebut.

Sementara itu, Myrdal menilai opsi penerbitan Kangaroo Bond di pasar Australia memiliki potensi yang lebih kecil dibandingkan Dimsum Bond, baik dari sisi pasar maupun minat investor. Namun, ia menyebut bahwa nilai tukar dolar Australia (AUD) saat ini berada dalam tekanan, dan tren ini bisa berlanjut jika ekonomi China melemah dan harga komoditas, seperti batu bara, menurun.

“Kalau untuk Kangaroo Bond, saya rasa tidak semenarik Dimsum Bond. Tapi untuk diversifikasi pendanaan, terutama pembiayaan eksternal, kebijakan ini tetap sah-sah saja dilakukan pemerintah,” ujarnya.

Lebih lanjut, Myrdal mengingatkan bahwa dalam menerbitkan Surat Utang Negara dalam valuta asing, pemerintah perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting, di antaranya tren suku bunga global, nilai tukar rupiah, dan posisi utang pemerintah saat ini.

Baca Juga: Sri Mulyani Angkat Eks Stafsus Masyita Cristalline Pimpin Dirjen Baru di Kemenkeu

“Kalau rupiah melemah, itu bisa menjadi beban tersendiri di masa depan. Tapi kalau porsi utang masih terbatas dan masih dalam batas yang bisa dikelola, penerbitan pembiayaan dalam mata uang asing tetap bisa dilakukan,” tutupnya.

Asal tahu saja, sejak awal tahun 2025 pemerintah telah menerbitkan SUN dalam denominasi dua mata uang asing alias dual currency, di antaranya dolar AS (USA) sebesar US$ 2 miliar dan dalam mata uang Euro (EUR) sebesar EUR 1,4 miliar.

Terbaru pada 23 Mei 2025 pemerintah menerbitkan Samurai Bond dalam denominasi mata uang Jepang sebesar JPY 103,2 miliar atau setara US$ 725 juta. Obligasi ini diterbitkan dalam 5 tenor, yakni 3,5,7,10, 20 tahun dengan masing-masing kupon/yield sebesar 1,56%; 1,87%; 2,05%; 2,35%; dan 3,26%. Untuk tenor 20 tahun diterbitkan dalam format Blue Bond.

Sementara itu realisasi pembiayaan APBN 2025 dari penarikan utang baru tercatat sebanyak Rp 304 triliun sampai dengan 30 April 2025, atau sekitar 39,2% dari target APBN tahun ini.

Selanjutnya: Maybank Hitung Jejak Karbon Maybank Marathon 2025, Menuju Event Berkelanjutan

Menarik Dibaca: 5 Langkah Cerdas Memulai Menabung di Tahun 2025 yang Bisa Dilakukan Siapa Saja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×