Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Dadan M. Ramdan
JAKARTA. Penerapan bridging system masih menghadapi kendala. Tidak mudah untuk menghubungkan sistem yang dipakai BPJS Kesehatan dengan sistem yang ada di rumahsakit. Apalagi jika sistem yang digunakan rumahsakit dan BPJS Kesehatan berbeda.
Budi, bagian informasi dan teknologi RSUD Pasar Rebo menyebutkan, bridging system belum diterapkan di rumahsakit ini karena terkendala ruangan. Maklum saja, pengelola rumahsakit harus mendesain ulang loket khusus untuk pelayanan BPJS Kesehatan. “Untuk sistem informasi, tidak ada masalah karena tinggal menarik jaringan kabel dari BPJS Center. Yang belum ada itu ruangan,” jelasnya.
Saryono, Humas RSUD Pasar Rebo, mengakui, pihaknya masih mempersiapkan penerapan bridging system. Pihak manajemen rumahsakit menargetkan launching bridging system pada September mendatang. “Banyak hal teknis yang harus dievaluasi dan dipersiapkan dulu, seperti SDM, sarana dan prasarana, serta sistem TI,” bebernya.
Misalnya, Saryono mencontohkan, ketika sistem bridging dipakai, apakah jumlah pasien tetap dibatasi berdasarkan jam buka pengambilan nomor antrean yang sudah berjalan saat ini, yakni mulai pukul 06.00 hingga 10.30. Atau memberlakukan sistem kuota untuk peserta BPJS Kesehatan. Seandainya menggunakan sistem kuota, harus dipertimbangkan juga kondisi sarana dan prasarana, serta kesiapan tenaga medis dan kapasitas yang ada. “Kalau pasien banyak, tapi petugas tidak memadai, pelayanan juga tidak akan optimal,” paparnya.
Saat ini, RSUD Pasar Rebo melayani 900 sampai 1.000 pasien BPJS Kesehatan. Dengan catatan pendaftaran ditutup pada pukul 10.30. Lewat dari waktu yang ditentukan, pemegang kartu BPJS Kesehatan akan diperlakukan sebagai pasien umum, kalau tetap ingin mendapat tindakan medis hari itu juga. Jika tidak ingin disamakan menjadi pasien umum, peserta harus mengantre lagi keesokan harinya agar bisa menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan.
Setidaknya peserta BPJS Kesehatan bisa berharap pada sistem jembatan ini, karena terbukti memangkas antrean seperti di RSCM.
Di RSCM, antrean BPJS jauh berkurang. Menurut Direktur Utama RSCM, Czeresna Heriawan Soedjono, pada periode Februari–Juni 2014, tren antrean peserta BPJS Kesehatan menurun. Jadi, sistem tersebut cukup efektif untuk memangkas antrean. RSCM menargetkan, pasien bisa dilayani dengan cepat karena antre tidak lebih dari 45 menit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News