kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penduduk meningkat, harusnya pekerjaan bertambah


Senin, 17 Februari 2014 / 22:46 WIB
Penduduk meningkat, harusnya pekerjaan bertambah
ILUSTRASI. Nama Jenderal yang Dibunuh PKI. TRIBUNNEWS/HERUDIN


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Hendra Gunawan

PADANG. Mimpi menjadi negara maju terus digaungkan oleh pemerintah Indonesia. Banyak yang meramal Indonesia bisa mencapai predikat negara berpendapatan tinggi pada tahun 2035. Namun, apakah ramalan tersebut cukup realistis?

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) melihat untuk menjadi negara maju setidaknya ada dua tantangan yang harus diwaspadai. Pertama, Indonesia harus mewaspadai ledakan penduduk yang kemungkinan akan terjadi pada tahun 2035.

Pada saat itu, jumlah penduduk di Indonesia diperkirakan akan meningkat jadi 305,6 juta jiwa.  Adapun pada tahun 2013 lalu, jumlah penduduk Indonesia hanya sebanyak 255,5 juta jiwa.

Memang, jumlah penduduk yang besar apalagi jika itu didominasi oleh penduduk berusia antara 15-64 tahun, alias kelas menengah, sejauh ini  telah menjadi kekuatan ekonomi bagi Indonesia. Kondisi ini dinamakan dengan bonus demografi. Penduduk pada usia tersebut lebih produktif dan bisa menggerakkan roda ekonomi.

Namun, Wakil Menteri Bappenas Lukita Dinarsyah Tuwo mengatakan dengan jumlah penduduk yang meningkat idealnya jumlah lapangan pekerjaan juga bertambah. “Kenyataannya, ada penurunan penciptaan lapangan kerja dalam tiga tahun terakhir,” ujar Lukita, Senin (17/2) di Padang.

Ini menunjukkan pertumbuhan jumlah penduduk tidak diimbangi dengan kualitas hidup yang layak. Jika ini dibiarkan, maka ledakan penduduk yang akan terjadi bisa mengancam mimpi Indonesia menjadi negara maju hanya angan-angan saja.

Jika tidak ingin hal itu terjadi Indonesia harus segera bersiap menghadapi kemungkinan ledakan penduduk. Lukita bilang saat ini pihaknya sudah mulai menggalakkan kembali program Keluarga Berencana (KB). KB merupakan program yang populer di era Orde Baru, di mana setiap keluarga dianjurkan untuk memiliki anak maksimal dua.

Namun KB saja belum cukup, Guru Besar Ilmu Ekonomi dari Universitas Lampung Bustanul Arifin bilang, pemerintah harus memperhatikan kualitas pendidikan, serta kesehatan. Supaya pertumbuhan manusia dibarengi dengan kualitas. “Dengan Sumber daya Manusia yang berkualitas, maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi mungkin,” jelasnya.

Selain ancaman pertumbuhan jumlah penduduk atau demografi, Bappenas sebenarnya juga tantangan Indonesia lainnya adalah dari sisi geografis. Letak Indonesia yang berada di cincin api, alias dikelilingi sejumlah gunung api yang aktif menjadi ancaman tersendiri.

Bukan hanya itu, bencana banjir juga menjadi salah satu ancaman. Misalnya saja ketika terjadi banjir mengepung Jakarta, banyak Investor yang mulai berpikir memindahkan investasinya dari Jakarta. Dengan kondisi itu, Lukit bilang Indonesia memang sudah mulai memitigasi bencana, terutama bencana yang diakibatkan salah kelola pemerintah, seperti banjir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×