kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.305.000   42.000   1,86%
  • USD/IDR 16.644   -14,00   -0,08%
  • IDX 8.180   -3,86   -0,05%
  • KOMPAS100 1.140   -4,46   -0,39%
  • LQ45 834   -2,90   -0,35%
  • ISSI 282   -1,26   -0,44%
  • IDX30 438   -2,31   -0,52%
  • IDXHIDIV20 506   -2,84   -0,56%
  • IDX80 128   -0,66   -0,52%
  • IDXV30 137   -1,13   -0,82%
  • IDXQ30 139   -0,66   -0,47%

Pendekatan Multidisiplin, Harapan Baru bagi Pasien Kanker Payudara Stadium Lanjut


Kamis, 30 Oktober 2025 / 17:43 WIB
Pendekatan Multidisiplin, Harapan Baru bagi Pasien Kanker Payudara Stadium Lanjut
ILUSTRASI. Berdasarkan Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) pada tahun 2022, terdapat 66.271 kasus baru kanker payudara, menyumbang 16,2% dari seluruh kasus kanker di Indonesia, serta menduduki peringkat pertama dalam jumlah kasus baru. Maka, MRCCC Siloam Hospitals Semanggi dan Siemens Healthineers memperkenalkan Mammomat B.brilliant. Teknologi mammografi 3D pertama kalinya di Indonesia ini memungkinkan pemindaian hanya dalam waktu 5 detik tanpa mengorbankan kualitas gambar. Sebelumnya, pasien harus menunggu hingga 25 detik yang menimbulkan ketidaknyamanan berupa rasa nyeri akibat penekanan payudara alat kompresor. Sumber : MRCCC Siloam Hospitals Semanggi


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data terbaru Globocan atau Global Cancer Observatory/World Cancer Research Fund tentang kejadian dan kematian akibat kanker payudara di dunia berdasarkan estimasi tahun 2022 menunjukkan, setiap tahun ada 2,3 juta kasus baru.

Jumlah itu sekitar 11,6% dari semua kasus kanker pada wanita. Angka kematian mencapai 666.000. Kira-kira 6,9% dari semua kematian kanker pada wanita.

Di Indonesia ada sekitar 400.000 kasus baru kanker terdeteksi setiap tahun, dengan angka kematian mencapai 240.000 kasus. Jumlah kasus kanker di Indonesia terus meningkat dan diprediksi melonjak hingga lebih dari 70% pada tahun 2050 jika langkah pencegahan dan deteksi dini tidak diperkuat. Tanpa intervensi yang efektif, beban kanker akan semakin besar, baik dari segi kesehatan masyarakat maupun ekonomi.

dr. Agnes, Kepala Departemen Medical Check Up MRCCC Siloam Hospitals Semanggi menjelaskan, kanker payudara sering terdeteksi secara tidak sengaja saat pasien menjalani medical check-up. Bahkan banyak yang terdeteksi saat sudah stadium lanjut karena tidak ada gejala yang dirasakan pasien.

"Penemuan kanker payudara di stadium lanjut ini bisa dihindari andai  pasien rutin melakukan pemeriksaan sendiri secara rutin. Atau pasien melakukan mammografi setahun sekali setelah mencapai usia 40 tahun,” jelas dr. Agnes, dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Rabu (29/10).

Baca Juga: Waspada Penyakit Cacar Api, Bisa Berisiko Terkena Penyakit Berbahaya Ini

dr. Nina Supit, Kepala Departemen Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi, menambahkan, mammografi masih menjadi gold standard dalam skrining kanker payudara. Mammografi dapat mendeteksi benjolan tumor kanker payudara di ukuran sangat kecil, sampai 0,2 milimeter dengan alat terbaru.

Tantangan dalam mammografi atau deteksi dini kanker payudara ini, selain akses terhadap mammografi yang masih terbatas, juga ada banyak sekali mitos yang masih dipercaya masyarakat. Misalnya mammografi itu sangat menyakitkan, mammografi bisa membuat kanker malah menyebar, dan sebagainya.

"Tapi ada solusi mammografi yang lebih nyaman dan singkat, tanpa mengorbankan kualitas gambar yaitu Mammomat B.brilliant di MRCCC,” ungkap dr. Nina

Dr. Siti Nadia Tarmizi, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan menjelaskan, kanker payudara tidak hanya menjadi tantangan medis tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Biaya pengobatan yang tinggi, hilangnya produktivitas, serta dampak psikologis bagi pasien dan keluarga.

“Deteksi dini kanker masih menjadi tantangan. Penyebab kematian pasien kanker payudara sebagian besar karena datang dalam kondisi stadium lanjut, sehingga tingkat keberhasilan pengobatan menurun,” jelas dr. Siti Nadia Tarmizi.

Saat ini cakupan skrining kanker payudara dengan mammografi di Indonesia masih rendah. Salah satunya karena keterbatasan alat dan tenaga medis. Dari sekitar 3.000 rumah sakit di Indonesia, hanya sekitar 200 rumah sakit yang memiliki alat mammografi.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Subspesialis Hematologi Onkologi Medik MRCCC Siloam Hospitals Semanggi,dr. Andhika Rahman memaparkan, untuk kasus kanker payudara stadium lanjut, saat ini digunakan pendekatan dengan perawatan multidisiplin.

Perawatan multidisiplin ini terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesintasan pasien kanker payudara. Pendekatan multidisiplin meliputi strategi penanganan pasien dengan melibatkan kolaborasi berbagai spesialis medis dan tenaga pendukung. Tujuannya adalah memberikan perawatan yang paling komprehensif, personal, dan efektif bagi pasien.

Berbeda dengan pendekatan konvensional, pendekatan multidisiplin melihat pasien secara menyeluruh, tidak hanya dari sisi penyakitnya, tapi juga kondisi fisik, psikologis, sosial, dan kualitas hidupnya.

K“Kami sudah melakukan pendekatan multidisiplin ini. Mengapa pendekatan ini penting, karena pada kanker payudara stadium lanjut penyakit sudah menyebar ke jaringan sekitar atau organ jauh atau metastasis," katanya. 

Selanjutnya: The Fed Pangkas Suku Bunga, Begini Proyeksi Rupiah untuk Jumat (31/10/2025)

Menarik Dibaca: 9 Tips Menjadi Lebih Percaya Diri yang Efektif, Coba yuk

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×