Reporter: Fitri Nur Arifenie, Cindy Silviana Sukma, Sandy Baskoro | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Gong tanda agar waspada terhadap flu burung kembali ditabuh. Ini lantaran ratusan ribu itik di sentra ternak itik di Jawa mati akibat terserang virus flu burung, pemerintah mulai menyiapkan langkah pengendalian.
Kementerian Kesehatan dan para ahli kesehatan hewan di delapan laboratorium tengah menganalisis kemungkinan virus flu burung menular ke unggas selain itik. Virus yang merasuki sedikitnya 350.000 ekor itik dalam sebulan terakhir di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta ini terbilang baru di Indonesia, yakni clade 2.3.2.
Serangan flu burung kali ini adalah yang terganas dibanding sebelumnya. Terlebih, kasus kematian pada itik dalam jumlah besar baru sekali ini terjadi.
Selama ini virus H5N1 yang menyebar di Indonesia berasal dari clade 2.1 (Harian KONTAN, 8 Desember 2012). "Saya dapat informasi dari teman-teman di beberapa kabupaten di Jawa Timur sudah ada yang terjangkit," kata Mujiono, seorang peternak itik asal Banyuwangi, kemarin.
Namun ia mengaku hingga kini 3.000 itik piaraannya masih aman, belum terjangkit virus flu burung tersebut. "Alhamdulillah tidak terjangkit," ujarnya kemarin. Beberapa daerah yang terserang flu burung tersebut adalah Blitar, Tulungagung, Jombang, Kediri dan Bangkalan Madura.
Sejauh ini, flu burung belum menyerang ayam ternak. Menurut Ketua Federasi masyarakat Perunggasan Indonesia Don P. Utoyo, peternakan komersial baik kecil maupun besar sedang mengantisipasi serangan flu burung.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kemtan), Syukur Iwantoro, pada 6 Desember 2012, merilis surat edaran tentang pengendalian flu burung pada itik. Surat edaran ditujukan kepada 23 lembaga, antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Kehutanan, perwakilan WHO Indonesia, serta sejumlah asosiasi pengusaha unggas di Indonesia.
Wakil Menteri Kesehatan, Ali Ghufron Mukti, menyatakan, sampai kemarin belum ada laporan baru kasus flu burung pada manusia. Tapi, Kemkes mengklaim telah menyiapkan prosedur penanganan, termasuk tim reaksi cepat, dan rumah sakit bagi penderita flu burung. "Kami juga meminta masyarakat menghindari kontak langsung dengan unggas yang diduga terinfeksi flu burung," tulis Ali melalui pesan singkat kepada KONTAN, Senin (10/12).
Selidiki impor itik
Pujiatmoko, Direktur Kesehatan Hewan Kemtan, menyatakan, pemerintah masih menyelidiki apakah virus avian influenza ini menyebar melalui burung yang migrasi dari luar negeri atau melalui impor itik. Ia menegaskan, sejak tahun 2005, pemerintah melarang impor itik dari negara yang belum bebas flu burung. Beberapa negara itu antara lain Malaysia, China, Hong Kong, Jepang, Korea, Vietnam, Laos, dan Thailand. Selama ini, impor itik berasal dari daerah bebas flu burung seperti Prancis dan Inggris.
Ketua Himpunan Pengusaha Unggas Lokal Indonesia (Himpuli), Ade Zulkarnaen, menyangsikan larangan impor itu. Buktinya, selama ini Indonesia mengimpor itik dari Thailand dan China. "Selama ini impor itik peking ya dari sana. Kenapa ini bisa bocor?" ungkap Ade.
Namun Pujiatmoko membantahnya. "Kami tidak pernah mengeluarkan Surat Permohonan Pemasukan (SPP) impor itik dari negara-negara tersebut," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News