kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Pemerintah tak serius diversifikasi tujuan ekspor


Selasa, 04 Februari 2014 / 20:09 WIB
Pemerintah tak serius diversifikasi tujuan ekspor
ILUSTRASI. 5 Bahan Alami yang Aman Digunakan Sebagai Pengganti Moisturizer.


Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pemerintah mewacanakan adanya diversifikasi alias keberagaman negara tujuan ekspor Indonesia. Namun, dari data yang ada, negara yang dibidik untuk hasil ekspor Indonesia masih negara lama.

Melihat perkembangan ekonomi global yang terjadi sekarang, negara-negara tujuan ekspor Indonesia adalah negara yang sedang mengalami gejolak ekonomi. Tentu fakta ini akan membuat kerentanan kinerja ekspor nasional.

Melirik data Badan Pusat Statistik (BPS), 13 pangsa pasar negara tujuan eskpor non migas Indonesia selama tahun 2013 tidak berbeda dengan tahun 2012.

Negara tujuan ekspor Indonesia masih didominasi ke China dengan nilai ekspor US$ 21,28 miliar di 2013. Diikuti dengan Jepang, Amerika Serikat (AS), India, dan Singapura. Negara tujuan ekspor terendah pun masih diduduki Perancis dengan US$ 1,06 miliar.

Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Eksportir Indonesia (GPEI) Toto Dirgantoro mengatakan, pemerintah tidak serius dalam melakukan diversifikasi tujuan ekspor.

Padahal, diversifikasi ini penting untuk terus menggenjot kinerja ekspor dengan mencari pasar baru yang potensial. Ekonomi China yang melambat menjadi momok besar bagi kinerja ekspor dalam negeri.

Menurut Toto, pihak pengusaha sendiri berusaha untuk melakukan diversifikasi. Namun dalam praktiknya hal ini tidak mudah dilakukan.

"Persaingannya cukup ketat," ujar Toto kepada KONTAN, Selasa (4/2).

Bukan hanya soal persaingan. Biaya yang mesti dikeluarkan pengusaha untuk mencari pasar baru tidaklah sedikit. Biaya logistik menjadi kendala besar.

Akibatnya, saat ini banyak pengusaha yang beralih ke pasar lokal seperti yang terjadi di Jawa Timur. Maka dari itu, pemerintah perlu bertindak.

Untuk itu, menurut Toto, seharusnya pemerintah bisa bekerja sama dengan seluruh kedutaan besar Indonesia yang ada di luar negeri.

Melalui kedutaan tersebut dapat dipantau lalu lintas ekspor ataupun impor negara itu. Apakah ada negara yang potensial untuk dijadikan tujuan eskpor bagi Indonesia.

Toto menjelaskan, saat ini banyak pengusaha yang mengejar ekspor ke Afrika. Seharusnya pemerintah dapat mendorong ini dengan melakukan kerja sama dengan negara tersebut.

Kepala Ekonom Mandiri Destry Damayanti berpendapat memasuki pasar baru tujuan ekspor tidaklah mudah. Harus ada pengenalan produk yang intensif dan uji standarisasi terlebih dahulu.  Belum lagi ditambah persaingan antar negara yang semakin ketat.

Menurut Destry, akan lebih baik apabila sebelum melakukan diversifikasi tujuan ekspor, pemerintah dapat melakukan diversifikasi komoditas ekspor Indonesia terlebih dahulu.

Diversifikasi komoditas ini penting agar pemerintah tahu barang komoditas mana yang potensial untuk dijual. "Ini sebagai strategi kita," tandas Destry.

Hal ini lantaran menembus pasar baru tidaklah mudah. Sehingga, sebagai strategi perlu  diketahui lebih detil apa yang menjadi kekuatan penjualan produk ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×