Reporter: Asep Munazat Zatnika, Margareta Engge Kharismawati, Adi Wikanto | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Kinerja ekspor Indonesia sepanjang 2013 melemah ketimbang 2012. Penurunan ini terjadi karena ada perlambatan pertumbuhan ekonomi yang berdampak langsung pada kegiatan perdagangan. Kelesuan ekspor ini diprediksi terus berlanjut sepanjang 2014 lantaran masih banyak ketidakpastian terhadap ekonomi global.
Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) nilai ekspor minyak dan gas (migas) serta non migas pada Desember mencapai US$ 16,98 miliar, melonjak 6,56% dibandingkan dengan November 2013. Lonjakan ekspor mencetak surplus neraca perdagangan US$ 1,52 miliar, di bulan Desember 2013 .
Namun, data positif itu tak mampu mengangkat kinerja ekspor sepanjang tahun 2013. Total ekspor tahun 2013 sebesar US$ 182,57 miliar, turun 3,92% dibandingkan tahun 2012 yang sebesar US$ 190,02 miliar. Pelemahan ekspor terjadi di kedua sektor, di migas susut 11,75% menjadi US$ 32,63 miliar, lalu non migas berkurang 2,03% menjadi US$ 149,93 miliar.
Meski melambat, Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi bilang, kinerja ekspor 2013 sudah bagus, melebihi target yang hanya US$ 179 miliar. Penyumbang kenaikan ekspor antara lain semakin besarnya penjualan produk non migas ke tujuan Turki, lalu Myanmar, Nigeria, Vietnam, Ukraina, dan Mesir yang naik sekitar US$ 88 juta-US$ 154,8 juta). "Yang paling besar adalah kenaikan ekspor ke India sebesar US$ 563,4 juta, Amerika Serikat (AS) US$ 491 juta, dan China US$ 418,1 juta," kata Bayu, (3/2).
Ekspor melambat
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Natsir Mansyur, memperkirakan, kinerja ekspor Indonesia akan semakin melemah pada tahun ini. Soalnya, penyumbang terbesar kenaikan ekspor pada akhir tahun lalu adalah penjualan produk mineral mentah. "Mulai Januari 2014, pemerintah melarang ekspor mineral mentah, sehingga tidak ada lagi pendongkrak ekspor non migas," tandas Natsir.
Sekadar tahu, kebijakan ekspor mineral bisa menyebabkan ekspor melorot hingga US$ 5 miliar–US$ 6 miliar sepanjang tahun. Sedangkan Direktur Eksekutif Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia, Dody Budi Waluyo berpendapat, kinerja ekspor Indonesia akan semakin berat karena ada perlambatan pertumbuhan ekonomi China dan India. Padahal, dua negara itu merupakan mitra dagang utama Indonesia.
Perlambatan ekonomi China semakin kentara setelah HSBC memperkirakan indeks manufaktur China pada Januari hanya sebesar 49,6%, turun dari Desember 50,5%. Karena itu Dody menyarankan pemerintah terus mendorong ekspor ke negara lain. "Harus diversifikasi ekspor," saran Dody.
Tapi ada harapan perekonomian Amerika Serikat membaik, sehingga perlambatan ekspor 2014 tidak akan terjadi secara drastis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News