kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemerintah siapkan bantuan untuk anak yang kehilangan orangtua karena Covid-19


Senin, 20 September 2021 / 13:54 WIB
Pemerintah siapkan bantuan untuk anak yang kehilangan orangtua karena Covid-19
ILUSTRASI. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan dan Kebudayaan Manusia Muhadjir Effendy mengatakan, pemerintah menyiapkan bantuan untuk anak-anak yang kehilangan orangtua karena Covid-19.


Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sudah hampir dua tahun pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia. Tidak sedikit pula korban jiwa yang berjatuhan. Anak-anak juga turut menjadi korban Covid-19. Banyak anak-anak yang menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu akibat orang tuanya meninggal direnggut Covid-19.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, pemerintah akan hadir memberikan bantuan untuk anak-anak yang menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu akibat Covid-19.

"Pokoknya siapapun yang menjadi korban Covid-19 pemerintah akan hadir, harus menangani. Begitu juga anak-anak yang berstatus yatim, piatu, atau yatim piatu, terutama karena ditinggal orang tuanya akibat Covid-19. Baru setelah itu ditata datanya," ujar Muhadjir seperti dikutip dari website Kemenko PMK.

Muhadjir menerangkan, pemerintah saat ini tengah menyiapkan skema bantuan yang akan diberikan. Di antaranya program Asistensi dan Rehabilitasi Sosial (Atensi) berupa tabungan uang sebesar Rp 300.000 per bulan untuk anak-anak yang belum sekolah, dan Rp 200.000 per bulan untuk anak-anak yang sudah sekolah dari Kementerian Sosial.

Baca Juga: PPKM akan berakhir? Muhadjir: PPKM akan terus berlaku selama Covid-19 jadi pandemi

Ada pula program pendampingan dan perlindungan anak-anak oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), program Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk anak yatim, piatu, dan yatim piatu, serta skema bantuan dari pemerintah daerah.

Yang terpenting, kata Muhadjir, dukungan pemerintah dan utamanya masyarakat sekitar harus hadir sejak awal kejadian anak-anak ditinggalkan orang tuanya. Menurut dia, anak-anak sangat rentan mengalami masalah mental apabila ditinggalkan orang tua sejak dini.

"Anak-anak ini ketika ditinggal orang tuanya akan mengalami masalah-masalah mental, mental breakdown. Dan itu juga tidak boleh diabaikan. Justru itu kadang-kadang menjadi masalah yang berkepanjangan kalau tidak segera di atasi," tuturnya.

Muhadjir menerangkan, saat ini pemerintah melalui kementerian terkait, yakni Kemensos, KemenPPPA, dan Kemendagri tengah menghimpun data anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya akibat pandemi.
 
Dia menerangkan, pendataan ini tidak bisa dilakukan oleh pemerintah sendiri. Justru peran gotong royong dari masyarakat untuk melaporkan kepada aparat pemerintahan bila ada anak-anak yang menjadi yatim karena Covid-19 sangat diperlukan.

Nantinya data yang dihimpun akan dirapikan dan dikroscek dengan data yang ada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kemendagri dan dipadankan dengan NIK dan DTKS untuk mendapatkan bantuan-bantuan dari pemerintah.

"Kalau tahu ada anak yatim piatu yang belum mendapatkan bantuan segera sampaikan kepada pendamping sosial, RT/RW atau Kepala Desa atau Lurah sampai yang bersangkutan agar mereka betul-betul mendapatkan pelayanan sesuai haknya," kata Muhadjir. 

Selanjutnya: Penanganan kemiskinan ekstrem dinilai tak cukup hanya dengan bansos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×