Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemerintah menilai keputusan Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (Fed) untuk mempertahankan suku bunga acuan makin membuka ruang pelonggaran moneter Tanah Air.
Menurut Menteri Koordinator bidang perekonomian Darmin Nasution, berbagai faktor sudah ideal bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan, 7-days reverse repo rate. Selain The Fed yang belum menaikkan bunga acuan, inflasi dalam negeri di level rendah..
Bahkan diprediksi, laju inflasi hingga akhir tahun akan berada di bawah 3%. "Saya mau bilang, inflasi di bawah 3%, peluang untuk menurunkan suku bunga makin terbuka," ujar Darmin, Kamis (3/11) di Jakarta.
Lebih lanjut, Darmin mengatakan, sebetulnya tidak ada yang perlu dihawatirkan dari kebijakan The Fed. Meskipun Fed rate tak jadi naik, pasar sudah terbiasa dengan kondisi ketidakpastian. Rencana kenaikan bunga The Fed yang berlanjut ke tahun depan pun, menurut Darmin, bukan berarti pemerintah harus mewaspadai secara berlebihan.
Fakta menunjukkan, meskipun Fed rate sempat naik 0,25% dampaknya tidak sebesar yang dibayangkan. Begitupun, kalau suatu saat The Fed kembali menaikkan suku bunga, dampaknya tidak akan menimbulkan gejolak, dengan asumsi kenaikan 0,25%.
Seperti diketahui, The Fed dalam The Federal Open Market Committee (FOMC) tadi malam, Rabu (2/11) menetapkan untuk menahan tingkat suku bunga acuannya di rentang 0,25% - 0,5%. Dalam pernyataannya tadi malam, The Fed menyebutkan, perbaikan ekonomi di AS masih dinilai belum cukup untuk menaikkan suku bunga The Fed, tapi tetap terbuka kesempatan menaikkan bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News