Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan investasi langsung di Indonesia mengalami perlambatan yang signifikan sepanjang 2018. Meski demikian, pemerintah optimistis realisasi investasi di tahun ini akan membaik seiring banyaknya proyek investasi dan ekspansi.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, saat ini optimisme investor perlahan terbangun pasca turbulensi ekonomi, fluktuasi nilai tukar, dan perang dagang yang memuncak di tahun lalu. Hal tersebut tampak dari mulai masuknya lagi sejumlah investor strategis ke Indonesia, terutama di industri baja dan petrokimia.
"Kita lihat Lotte yang sudah groundbreaking dan akan selesai di tahun 2022. Itu akan menambah sekitar 1 juta ton produk plastik dan turunannya," tutur Airlangga saat ditemui usai acara Outlook Ekonomi dan Investasi Indonesia 2019, Rabu (6/2).
Investasi yang disebut Airlangga mengacu ke perusahaan industri petrokimia asal Korea Selatan, Lotte Chemical Titan yang membangun pabrik dengan nilai investasi sekitar US$ 3,5 miliar untuk memproduksi nafta cracker alias bahan baku petrokimia.
Sejalan dengan itu, pemerintah akan menggenjot pembangunan kompleks petrokimia sehingga kapasitasnya bisa naik dari 1 juta ton menjadi 3 juta ton pada 2022-2023 mendatang.
Begitu juga dengan pembangunan klaster industri baja di Cilegon yang ditargetkan mampu memproduksi hingga 10 juta ton pada 2025. Ekspansi dan investasi PT Krakatau Steel, utamanya, diharapkan dapat mendukung pencapaian target tersebut. "Ini pembicaraannya sudah kita mulai dan mereka akan masuk di controlling mill untuk ekspansi," imbuh Airlangga.
Peluang lainnya juga berasal dari bertambahnya klaster Jawa Timur yang merupakan hasil dari divestasi PT Freeport. Sesuai kesepakatan, Freeport bakal membangun smelter tembaga di kawasan Gresik.
Perusahaan-perusahaan smelter nikel di kawasan industri Sulawesi Tengah, ia mencontohkan, telah mampu mengekspor senilai US$ 5 miiar dan meningkatkan ekspor ke Amerika Serikat hingga 78%.
"Ekspansi-ekspansi ini adalah ekspansi yang selama hampir dua dekade ini terhenti. Sekarang semua mulai bergerak kembali sehingga ini yang kita sebut confident pelaku industri semakin tinggi," ujar Airlangga.
Kinerja investasi di dalam negeri, harapnya, juga dapat semakin moncer pasca rampungnya Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Uni Eropa Indonesia (I-EU CEPA). Terutama pada industri tekstil, alas kaki, furnitur, serta otomotif yang akan terdongkrak lewat perjanjian tersebut.
Perjanjian I-EU CEPA juga akan membawa investasi modal dan transfer teknologi canggih serta pengetahuan yang penting bagi pengembangan keterampilan sumber daya munusia di Indonesia. "Kalau CEPA selesai, askes pasar selesai, ekspor juga akan meningkat, terutama ekspor produk bernilai tambah tinggi," kata Airlangga.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong sepakat, realisasi investasi di 2019 akan jauh lebih baik. Secara siklus, ia menilai, pertumbuhan investasi biasanya melambat di tahun sebelum pemilu dan akan kembali melaju pasca berakhirnya pemilu. "Tapi ini sudah kelihatan tanda-tanda awal investasi akan recover di 2019 setelah pelemahan yang cukup signifikan di 2018," ujar Lembong.
Alasannya, tahun ini diawali dengan beberapa ground-breaking pabrik-pabrik baru dengan nilai mencapai puluhan triliun rupiah yang berlokasi di Banten, Jabodetabek, dan Jawa Barat. "Arus modal ke ekonomi digital juga masih terus jalan, seperti Tokopedia, Gojek, Grab--semuanya masih terus menerima investasi dalam jumlah besar yang akan sangat membantu angka realisasi secara total," tandasnya.
BKPM mencatat realisasi investasi di tahun 2018 hanya mencapai Rp 721,3 triliun, atau tumbuh 4,1% yoy. Tahun ini, BKPM menargetkan realisasi investasi bisa mencapai Rp 792 triliun atau tumbuh 9,8% secara tahunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News