kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Pemerintah optimistis defisit APBN 2021 bisa ditekan hingga 5,3%


Rabu, 07 Juli 2021 / 13:33 WIB
Pemerintah optimistis defisit APBN 2021 bisa ditekan hingga 5,3%
ILUSTRASI. Sekretaris Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Raden Pardede.


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Staf Khusus Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Raden Pardede mengatakan pemerintah optimistis bisa menekan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga 5,3% terhadap produk domestik bruto (PDB). 

Angka tersebut lebih rendah dari outlook defisit yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Undang-Undang (UU) tentang APBN Tahun Anggaran 2021 sebesar 5,7% dari PDB. Outlook Raden didasari atas pemulihan ekonomi yang berlangsung saat ini.

“Di 2021 kita masih mengalami defisit diperkirakan sekitar 5,3% di tahun 2021 ini, sampai 5,7% jadi masih cukup besar,” kata Raden dalam acara yang bertema Bola Liar Vaksinasi Ekonomi, Rabu (7/7).

Kata Raden, angka defisit tersebut bisa ditekan lantaran ekonomi pada kuartal II-201 hingga kuartal IV-2021 akan berada di zona positif, meski di kuartal I-2021 ekonomi minus 0,74% year on year (yoy). Prediksinya, keseluruhan tahun 2021 ekonomi tumbuh 3,7% hingga 4,5% secara tahunan.

Baca Juga: Likuiditas berlimpah, penawaran masuk pada lelang SUN (6/7) membeludak

Secara sederhana, Raden menjelaskan realisasi dan proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut menyebabkan penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) di kuartal I-2021 masih minus, namun dalam sembilan bulan setelahnya akan tumbuh positif. Tapi, Raden tidak memungkiri dibandingkan 2019 setoran pajak tahun ini masih rendah.

“Karena sebagian kalau mereka rugi tidak membayar sebagian rugi di tahun 2020 dan sebagian di 2021, sebagian itu akan terjadi yang kita sebut carry forward loss-nya. Jadi mungkin penerimaan negara di 2021 masih kurang baik tapi defisit kita naik untuk membiayayi belanja,” kata Raden.

Data Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan, memang posisi defisit APBN di semester I-2021 baru mencapai Rp 283,2 triliun, atau setara dengan 1,72% PDB, atau lebih rendah 3,89% dari outlook defisit akhir 2021 yang ditetapkan oleh pemerintah.

Adapun, realisasi defisit APBN dalam enam bulan tersebut disebabkan oleh belanja negara yang mencapai Rp 1.170,1 triliun, tumbuh 9,4% yoy. Sementara pendapatan negara tercatat sebesar Rp 886,9 triliun, naik 9,1% secara tahunan.

Jika berkaca pada tahun lalu, pemerintah telah diberikan kemewahan untuk mencapai defisit sebesar 6,34% dari PDB. Akan tetapi, realisasinya daya tahan fiskal lebih kuat. Kemenkeu mencatat realisasi defisit sepanjang 2020 lebih rendah dari outlook yakni 6,09% dari PDB. 

Raden mengatakan, meski defisit tahun ini bisa ditekan, tapi masih lebih besar dari defisit saat periode sebelum pandemi, yakni pada 2019 defisit APBN tercatat sebesar 1,76% dari PDB.

Baca Juga: Jaga ekonomi dan kesehatan saat PPKM Darurat, ini 9 jurus Sri Mulyani

Karenya, sejak tahun lalu hingga sekarang bahkan tahun depan, pembengkakan pengeluaran pemerintah untuk menggelontorkan belanja akibat dampak pandemi virus corona musti tetap dilakukan. Dus, pelebaran defisit dan kenaikan utang tidak bisa dipungkiri, sebab penerimaan negara cenderung melemah. 

Meski begitu, Raden mengatakan pemerintah dalam jangka menengah diharapkan ekonomi bisa pulih. Sehingga pada 2023, defisit APBN bisa berada di bawah 3% dari PDB, atau sesuai dengan yang diamanatkan dalam UU tentang Keuangan Negara Tahun 2003.

“Jangka menengah-panjang, ekonomi pulih , jumlah pembayar pajak tambah, maka ekonomi yang akan dipajakpun akan tinggi, itu ke depannya. Intinya untuk mengurangi defisit adalah pertumbuhan ekonomi harus lebih tinggi. Kedua reformasi perpajakan supaya jumlah yang berkontribusi pada pajak itu akan naik. Itu strategi utamanya, tidak ada di luar itu,” ucap Raden.

Selanjutnya: DPR merekomendasikan pemerintah terapkan cukai produk plastik dan minuman berpemanis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×