Reporter: Venny Suryanto | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah Indonesia menyebut mendapatkan gelontotan investasi untuk Industri gasifikasi batubara dan turunannya dari hasil lawatan ke Dubai, Uni Emirat Arab (UEA). Nilainya jumbo yakni US$ 15 miliar, setara Rp 210 triliun dari Dubai.
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia menyebut bahwa komitmen dana investasi itu adalah sebagai bentuk penerjemahan visi besar Presiden RI termasuk dalam transformasi ekonomi dan hilirisasi industri.
Sebagai langkah konkret nota kesepahaman dengan Kementerian Investasi/BKPM, Air Products and Chemicals, Inc (APCI) juga langsung menandatangani Nota Kesepahaman dengan BUMN dan perusahaan nasional, diantaranya Proyek batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) antara PT Indika Energy Tbk (INDY) dan APCI dan Proyek gas alam menjadi amonia biru antara PT Butonas Petrochemical Indonesia dan APCI.
Adapun Al Khaleej Sugar Co. (AKS), produsen terbesar gula di kawasan Timur Tengah dan lima besar dunia juga berminat untuk berinvestasi di Indonesia.
Baca Juga: Ini sektor-sektor yang dinilai bisa jadi sumber pertumbuhan ekonomi kuartal IV
Rencananya AKS akan berinvestasi pabrik gula terintegrasi di Indonesia. Selain memproduksi gula, AKS juga rencananya memproduksi bioetanol dan listrik dari biomassa. AKS bakal membenamkan investasi sebesar US$ 2 miliar atau sekitar Rp28,68 triliun dalam pengembangan etanol di Indonesia.
Menanggapi hal itu, Bhima Yudhistira Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengatakan terkait investasi di sektor pabrik gula yang dilakukan oleh produsen terbesar di Dubai di nilai cukup potensial dan sejalan dengan upaya mengurangi ketergantungan impor gula.
“Ini tinggal di followup saja oleh pemerintah terkait dengan ketersediaan lahan yang dekat dengan bahan baku dalam hal ini perkebunan tebu, kemudian infrastruktur pendukung seperti jalan dan pelabuhan dengan kapasitas besar juga perlu disediakan pemerintah,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Minggu (7/11).
Dia menilai, Dubai merupakan pasar gula yang memiliki potensial baik untuk kebutuhan industri maupun rumah tangga yang terbilang besar. Bahkan estimasi kebutuhan gula impor di Dubai dapat mencapai 1.4 juta ton pada 2021.
Di samping itu, Bhima juga menilai sektor usaha lainnya yang masih diminati para investor selain perkebunan dan pertambangan yang menarik adalah pembangunan infrastruktur digital seperti data center, cloud computing dan energi terbarukan. “Termasuk ekosistem baterai serta sparepart mobil listrik,” tutupnya.
Selanjutnya: Cadangan devisa Oktober 2021 turun, komponen emas moneter masih meningkat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News