CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Pemerintah diminta perbaiki iklim usaha dan investasi, kasus Tesla jadi pelajaran


Kamis, 25 Februari 2021 / 08:37 WIB
Pemerintah diminta perbaiki iklim usaha dan investasi, kasus Tesla jadi pelajaran
ILUSTRASI. Tesla Model?Roadster 2021


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Preferensi pabrikan kendaraan listrik Tesla untuk memilih India untuk membangun pabrik alih-alih di Indonesia mesti jadi pelajaran buat pemerintah. Ekosistem investasi nasional masih jadi momok buat investor global menanamkan modalnya di tanah air.

Direktur Eksekutif Indef Ahmad Tauhid mengatakan, biaya investasi yang akan dikeluarkan Tesla di India jauh lebih murah dibandingkan Indonesia. Itu alasan mengapa Indonesia gagal dipilih Tesla.

“Terkait biaya investasi, ada dua hal mengapa Tesla akhirnya lebih memilih India, pertama adalah soal pajak, di Indonesia meskipun ada keringanan pajak kendaraan listrik, namun buat Tesla iklim pajak di India jauh lebih baik dibandingkan Indonesia,” ungkap Ahmad dalam keterangannya, Rabu (24/2).

Baca Juga: BKPM: Masih ada harapan Tesla berinvestasi di Indonesia

Iklim pajak dijelaskan Ahmad tak cuma soal tarif melainkan soal kemudahan, serta birokrasi yang lebih cepat dan mudah. Adapun alasan kedua adalah soal tenaga kerja, industri kendaraan listrik di India telah jauh lebih berkembang dibandingkan di Indonesia.

Alhasil tenaga kerja di India memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan di Indonesia yang baru memulai pengembangan industri kendaraan listrik.

Akumulasi hal-hal tersebut yang menurut Ahmad jadi alasan Tesla mengurungkan niatnya melakukan ekspansi di Indonesia. Ia menilai investasi yang dikeluarkan Tesla di Indonesia akan jauh lebih mahal dibandingkan di India.

“Kalau soal SDM memang cukup butuh waktu panjang untuk pengembangannya, makanya pemerintah mesti menciptakan iklim yang mendukung investasi, pajak yang lebih murah misalnya, karena ini bukan cuma jadi kendala Tesla, sejumlah perusahaan asal Jepang juga sering mengeluhkan hal ini,” sambungnya.

Hal senada diungkapkan Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet. Menurutnya, selain Tesla, masih banyak rencana investasi asing yang berminat masuk ke Indonesia, namun masih ragu dan memiliki banyak pertimbangan.  Salah satunya mengenai perpajakan.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×