kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.839   -99,00   -0,63%
  • IDX 7.494   2,48   0,03%
  • KOMPAS100 1.160   1,22   0,10%
  • LQ45 919   -0,74   -0,08%
  • ISSI 227   0,98   0,43%
  • IDX30 473   -1,54   -0,33%
  • IDXHIDIV20 570   -2,10   -0,37%
  • IDX80 133   0,15   0,12%
  • IDXV30 141   0,01   0,01%
  • IDXQ30 158   -0,39   -0,25%

Pemerintah beda pendapat soal depresiasi rupiah


Kamis, 18 Juli 2013 / 16:50 WIB
Pemerintah beda pendapat soal depresiasi rupiah
ILUSTRASI. Hasil penimbangan berat badan yang akurat bisa diperoleh dengan mengikuti beberapa aturan berikut ini.


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Pemerintah dan Bank Indonesia berbeda pendapat soal penyebab merosotnya nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS (US$). Menurut Pemerintah, pelemahan rupiah disebabkan karena minimnya transaksi modal yang masuk ke dalam negeri.

"CAD (current account defisit) ada persoalan, tetapi nilai tukar rupiah yang melemah lebih disebabkan neraca modal," ujar Menteri Keuangan RI, Chatib Basri di Jakarta.

Chatib menuturkan, neraca modal terganggu disebabkan rencana Bank Central AS atau Federal Reserve (The Fed) yang akan menghentikan kebijakan pemberian stimulus (Quantitative Easing).

Hal itu akan membuat Indonesia dan sejumlah negara di dunia terganggu akibat berkurangnya dana yang tadinya mengalir dari AS menjadi terhenti. Sebab, banyak pemilik portfolio dalam Surat Utang Negara maupun sukuk yang diterbitkan Pemerintah dimiliki oleh investor asing. "Jadi isunya saat ini adalah akibat perekonomian global, bukan karena faktor fiskal dalam negeri," tega Chatib.

Ia mencontohkan, CAD terjadi sudah sejak lama sebelum adanya isu penghentian aliran dana investasi dari AS. Tetapi, saat itu rupiah tidak terdepresiasi seperti saat ini. Baru setelah The Fed mengeluarkan kebijakan itu rupiah terdepresiasi.

Sementara Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo menilai, ada hal yang harus diselesaikan Pemerintah terkait kebijakan fiskalnya, terutama posisi CAD yang terus terjadi. Apalagi defisit neraca berjalan itu tidak mampu diimbangi oleh neraca perdagangan RI yang juga defisit.

Kondisi itu membuat permintaan mata uang dollar lebih tinggi ketimbang permintaan rupiah. Inilah yang menyebabkan rupiah terdepresiasi. Meskipun begitu, Agus tidak memungkiri faktor kebijakan The Fed memang mempengaruhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×