Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menyiapkan sederet program stimulus untuk mengerek pertumbuhan ekonomi di semester II 2025. Sejumlah langkah diarahkan pada percepatan belanja negara, mendorong investasi, serta memperkuat konsumsi rumah tangga.
Deputi I Kemenko Perekonomian, Ferry Irawan, menyebut pemerintah mengoptimalkan program prioritas, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Akselerasi Koperasi Desa Merah Putih, hingga pembangunan tiga juta rumah yang diharapkan bisa memacu sektor konstruksi dan menyerap tenaga kerja.
Di sisi konsumsi pemerintah, realisasi belanja kementerian dan lembaga (K/L) dipercepat, terutama yang memegang anggaran besar. Hingga Juni 2025, Kementerian Keuangan telah membuka blokir anggaran Rp 134,9 triliun untuk mempercepat penyerapan APBN.
Untuk investasi, pemerintah mendorong perbaikan data dan akses informasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri (KI), serta mempercepat program pembiayaan padat karya, FLPP, hingga bantuan perumahan swadaya.
Ferry menambahkan, konsumsi rumah tangga juga diperkuat lewat program padat karya tunai.
Sementara untuk sektor pariwisata, stimulus difokuskan menghadapi musim liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) dengan menghadirkan event nasional, bundling paket wisata, hingga insentif transportasi.
Diskon diberikan untuk tiket pesawat melalui skema PPN-DTP, serta tarif kereta, kapal laut, dan penyeberangan, dengan target 3,8 juta penumpang.
Pemerintah juga melanjutkan insentif PPN-DTP Perumahan 100% untuk semester II. Sebelumnya, pemerintah sudah menyiapkan stimulus Rp10,8 triliun untuk kuartal III 2025, meski belum ada kejelasan mengenai anggaran di kuartal IV.
Meski langkah stimulus ini dinilai positif, ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menekankan kunci utamanya ada pada daya beli masyarakat.
“Masalahnya, daya beli masih lemah dan belum ada tanda menguat. Salah satu indikatornya adalah deflasi pada Agustus 2025,” ujar Wija.
BPS mencatat deflasi 0,08% pada Agustus, menandakan konsumsi masyarakat masih tertekan. Ia juga menyoroti kebiasaan belanja pemerintah yang sering menumpuk di akhir tahun sehingga dampaknya kurang terasa ke pertumbuhan ekonomi.
Kendati begitu, Wija menilai target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% (yoy) di semester II tetap realistis, asalkan program stimulus dijalankan secara konsisten.
Selanjutnya: Rusia Tegaskan Patuh Penuh pada Komitmen OPEC+
Menarik Dibaca: Dilirik Asing, Saham REAL Jadi Sorotan di Bursa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News