kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembayaran Bunga Utang Naik 9,3% pada 2023, Ini Komentar Ekonom


Kamis, 18 Agustus 2022 / 19:09 WIB
Pembayaran Bunga Utang Naik 9,3% pada 2023, Ini Komentar Ekonom
ILUSTRASI. Obligasi Negara. Pembayaran Bunga Utang Naik 9,3% pada 2023, Ini Komentar Ekonom


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemerintah berencana melakukan pembayaran bunga utang tahun 2023 sebesar Rp 441,4 triliun. Rencana pembayaran bunga utang ini naik 9,3% dari outlook tahun ini yang sebesar Rp 403,9 triliun.

Sementara itu, pemerintah akan menggelontorkan anggaran subsidi dan kompensasi energi menjadi Rp 336,7 triliun pada tahun 2023. Anggaran ini lebih rendah dibandingkan dengan nilai subsidi dan kompensasi tahun ini yang sebesar Rp 502,4 triliun.

Jika dilihat, tentu anggaran untuk bunga utang di tahun depan lebih jumbo apabila dibandingkan dengan anggaran subsidi dan kompensasi.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyarankan pemerintah sebaiknya menilai subsidi energi dan kompensasi di tahun depan lebih tinggi jika dibandingkan dengan anggaran untuk pembayaran bunga.

Baca Juga: Pembayaran Bunga Utang di 2023 Relatif Tinggi, Ini yang Harus Diwaspadai Pemerintah

Hal ini dikarenakan masyarakat masih membutuhkan stabilitas harga energi untuk mendorong pemulihan daya beli masyarakat. Terlebih lagi pada Juli 2022, inflasi pangan telah meroket di atas 10%.

"Tahun depan tantangan juga tidak mudah, ada inflasi pangan dan dampak penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) tahun ini diperkirakan masih terasa hingga di tahun depan," ujar Bhima kepada Kontan.co.id, Kamis (18/8).

Dihubungi terpisah, Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky mengatakan bahwa pembayaran bunga utang tersebut dikarenakan  utang yang jatuh tempo di tahun depan.

Untuk diketahui, pemerintah menargetkan pembiayaan utang pada tahun depan sebesar Rp 696,3 triliun. Angka ini juga turun jika dibandingkan dalam APBN 2022 yang mencapai Rp 870,5 triliun.

Baca Juga: Simak Strategi Pembayaran Bunga Utang Pemerintah Pada Tahun 2023

"Pembayaran bunga utang ini memang karena jatuh temponya, jadi ini bukan pemerintah kemudian mengalokasikan lebih besar secara desain untuk melakukan pembayaran bunga utang, namun ini tergantung jatuh tempo," ungkapnya.

Sementara itu, Riefky menilai, penurunan anggaran subsidi dan kompensasi di tahun depan dikarenakan pemerintah sudah mulai melakukan reformasi subsidi, sehingga nilai anggaran subsidi dan kompensasi mulai diturunkan secara perlahan. Menurutnya, hal tersebut baik untuk fiskal dan masyarakat miskin dan rentan, pasalnya subsidi energi saat ini lebih dinikmati oleh masyarakat kaya.

"Subsidi BBM ini juga perlu dikurangi, karena banyak studi yang menunjukkan tidak tepat sasaran," kata Riefky.

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, faktor bunga utang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Baca Juga: BI Menjawab Urgensi Penerbitan Uang Rupiah Model Baru di Era Digital

Pertama, dari peringkat utang. Tauhid menyebut peringkat utang Indonesia masih cukup baik, hanya saja level utang Indonesia belum mengalami penurunan.

Mengutip dari dokumen APBN Kita Edisi Agustus 2022, Lembaga Pemeringkat Kredit Rating and Investment (R&I) dan Japan Credit Rating Agency (JCR) mengafirmasi peringkat kredit Indonesia pada posisi BBB+ dengan outlook stable di tengah peningkatan risiko global.

"Kita memiliki performance makro dianggap masih relatif belum begitu baik dari market, sehingga katakanlah kita tidak mampu menurunkan level utang. Jadi daya tariknya adalah dengan menarik market itu dengan insentif bunga utang yang lebih tinggi," katanya. 

Kedua, dari faktor inflasi. Tauhid mengatakan, ketika terjadi inflasi di suatu negara maka hal tersebut juga akan mengerek bunga utang semakin lebih tinggi. Dikarenakan pada tahun depan inflasi Indonesia lebih tinggi dari standarnya yang 3%, maka otomatis bunga utangnya juga akan ikut terkerek naik.

Baca Juga: Pemerintah Berencana Bayar Bunga Utang Rp 441,4 Triliun pada 2023

"Kalau inflasi rendah maka bunganya juga rendah, tapi ada kekuatan market itu, artinya kalau yang belinya semakin banyak, sementara suplainya relatif sedikit biasanya bunganya bisa ditekan," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×