Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjadi Presidensi G20 bukanlah pekerjaan mudah. Indonesia memiliki pekerjaan rumah berat dalam menjalankan kepercayaan tersebut.
Pekerjaan rumah berat tersebut bukan menjadi tuan rumah saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada November 2022 mendatang, tapi terkait langkah selanjutnya atas kesepakatan yang diambil.
Ekonom Senior CORE Indonesia Hendri Saparini mengatakan pekerjaan rumah (PR) terbesar Indonesia adalah bagaimana mengimplementasikan kesepakatan para negara G20 ini, dan kemudian menyusunnya menjadi kebijakan baru yang bisa menjadi pedoman dan berpengaruh pada kondisi global.
Baca Juga: Pemerintah Jamin Keamanan Siber dalam Perhelatan KTT G20
“PR terbesar Indonesia bukan sebagai tuan rumah bagi KTT G20. Kalau ini, adalah tugas yang relatif ringan,” terang Hendri dalam acara Indonesia’s Strategic Role in the G20: Expert Perspectives di Jakarta, Kamis (27/10).
Pada saat ini, dunia masih menghadapi ketidakpastian yang salah satunya bersumber dari ketegangan politik Rusia dan Ukraina. Ketegangan kedua negara ini membawa harga pangan dan energi melambung.
Tentu, menghadapi masalah di dalam kedua hal ini, perlu adanya kesepakatan global.
Baca Juga: Lewat Presidensi G20, Indonesia Dorong Bantuan Pengelolaan Utang Bagi Negara Miskin
Dengan demikian, diperlukan kelihaian Indonesia sebagai ketua dalam forum ini untuk kemudian menemukan jalan keluar dan solusi dari ketidakpastian yang mengancam ini.
Yang juga penting, adalah bagaimana keketuaan G20 ini juga bisa memberi nilai tambah terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Terlebih, Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya, sehingga Indonesia harus memanfaatkan ini dengan sebaik-baiknya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News