CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Pecat Agung Laksono, Aburizal dianggap kalap


Senin, 11 Agustus 2014 / 12:59 WIB
Pecat Agung Laksono, Aburizal dianggap kalap
ILUSTRASI. Belanja Bijak setelah Gajian: Agar Tak Cuma Mampir di Rekening


Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Pengamat politik, Heri Budianto, menilai, keputusan Ketua Umum DPP Golkar Aburizal Bakrie memecat Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono merupakan keputusan emosional. Alasan pemecatan, menurut Heri, ialah karena selama ini Agung tak mendukung Golkar bergabung dalam Koalisi Merah Putih dan mendesak agar Musyawarah Nasional Partai Golkar dipercepat pada Oktober mendatang.

"Ini adalah bentuk kekalapan ARB (Aburizal) karena dari awal (Agung) berseberangan sikap, mendukung Jokowi-JK, kemudian mendesak Munas dipercepat. Ini makin menunjukkan ARB kalap terhadap orang-orang ini sehingga dipecat," ujar Heri saat dihubungi Kompas.com, Senin (11/8).

Pemecatan Agung dan kader lainnya, lanjut Heri, menunjukkan kegagalan Aburizal dalam memimpin partai. Heri mengatakan, hal ini berimbas pada kemunduran langkah Golkar sebagai partai besar dibandingkan partai-partai lain yang kini mengalami kemajuan.

"Ini kemunduran Partai Golkar. Ketika partai lain bergerak menuju arah kemajuan yang signifikan dengan menempatkan kader muda pada posisi strategis, lalu partai juga semakin terbuka, transparan, dan aspiratif, justru Golkar bermain dengan hal yang justru tidak menguntungkan bagi Golkar," ujarnya.

Heri menilai, alasan Aburizal memecat kadernya karena adanya perbedaan pendapat tidak kuat. Ia menambahkan, perbedaan pendapat anggota dalam suatu organisasi hal yang wajar. Jika direspons positif, hal ini dapat memperkokoh partai.

"Justru perbedaan pendapat adalah hal yang wajar bagaimana kita mengelola perbedaan. Itu menjadi kekuatan partai," kata Heri.

Selain berdampak pada guncangan di internal partai, lanjut Heri, dinamika di Golkar akan memunculkan antipati masyarakat karena menganggap anggota Golkar tak bisa mengelola partainya dengan baik.

"Efek jangka panjangnya sangat buruk bagi Golkar. Bisa terancam selain penilaian negatif dari publik, saya kira partai ini kalau tidak segera diselamatkan akan hancur," ujarnya. (Ambaranie Nadia Kemala Movanita)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×