kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

PDIP: Harapan negeri ini kepada sosok 'wong ndeso'


Kamis, 10 April 2014 / 21:23 WIB
PDIP: Harapan negeri ini kepada sosok 'wong ndeso'
ILUSTRASI. Proyeksi pergerakan rupiah hari ini (18/11)


Reporter: Gloria Fransisca | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Kabar adanya perpecahan di internal PDIP sebelum Joko Widodo (Jokowi) diberi mandat sebagai capres, mulai terkuak.

Ketua DPP PDIP, Effendi Simbolon tidak menepis isu yang beredar sebelumnya bahwa dirinya termasuk salah satu bagian dalam internal PDIP yang tidak 'sreg' dengan pencalonan Jokowi sebagai capres.

Meski demikian, menurut Effendi, keputusan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri begitu rendah hati untuk menjawab keinginan rakyat memiliki calon presiden dengan kepribadian yang sangat membumi seperti Jokowi.

"Memang lumrah ketika kami para kader mengharapkan ketua umum kamilah yang akan menjadi capres. Kongres PDIP tahun 2010 sudah memberikan hak prerogatif tersebut terhadap ketua umum untuk menetapkan siapa capresnya," ujar Effendi.

Ia mengakui, ketika PDIP berada di luar pemerintahan atau sebagai partai oposisi, memberikan dampak terhadap kenyataan bahwa sang ketua umum harus memberikan mandat kepada sosok Jokowi sebagai capres.

"Jadi, setelah mencermati, Megawati tidak lagi mengedepankan dirinya, anaknya, atau keturunan Bung Karno. Harapan negeri ini adalah kepada sosok 'wong ndeso' ini (Jokowi). Maka, ketika keputusan itu diambil, kami sebagai kader menerima," ujar Effendi, Kamis (10/4).

Effendi meyakini, jika Tuhan memang menggariskan Jokowi menjadi presiden, berapapun besar perolehan suara PDIP di Pileg 2014, tidak akan mengubah ketetapan tersebut.

"Mau cuma 18% ataupun kurang dari itu, kalau memang Tuhan mau menjadikan Jokowi sebagai presiden, ya, tidak ada yang bisa menghalangi dia," ungkap Effendi.

Hendri Satrio, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina menilai, kenaikan suara PDIP hingga menjadi pemimpin perolehan suara hitung cepat di Pileg tahun ini yang ditopang pencapresan Jokowi, tidak menggunakan pola komunikasi yang cukup baik.

"Jika menggunakan pola baik, Megawati Soekarnoputri selaku Ketua Umum PDIP seharusnya memperkenalkan sendiri secara langsung kepada publik sosok Jokowi yang dimandatkan olehnya sebagai calon presiden. Bukan melalui surat. Karena, yang terjadi adalah Jokowi memproklamirkan dirinya sendiri sebagai capres melalui surat mandat dari Megawati," ungkap Hendri.

Tak hanya itu, Hendri menilai, Jokowi sebagai tren politik saat ini tidak banyak diduga oleh kader-kader PDIP.

"Jadi tak mengherankan jika ketika Jokowi muncul sedemikian melejit, PDIP sendiri cukup kaget. Nah, kekagetan PDIP ini menjadi respon yang cukup baik. Mudah-mudahan ke depan pola komunikasi politik PDIP bisa diperbaiki, sehingga masyarakat secara clear bisa menangkap maksud dari partai tersebut," tutup Hendri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×