Reporter: Siti Masitoh | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Para ekonom meramal Bank Indonesia masih akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate di level 5,75% pada pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) besok, Rabu, 23 April 2025.
Untuk diketahui, BI sudah mempertahankan BI-Rate di level 5,75% selama dua bulan berturut-turut, setelah Januari 2025 memangkas suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) dari 6,00% menjadi 5,75%.
Chief Economist di Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo menilai, perkiraan tersebut karena nilai tukar rupiah masih tertekan atau dalam tren pelemahan.
Untuk diketahui, tren pergerakan nilai tukar rupiah masih melemah hingga saat ini. Mengutip data Bloomberg, Selasa (22/4) pukul 09.15 WIB rupiah bertengger di level Rp 16.862 terhadap dolar AS. Rupiah spot tercatat melemah 0,33% dibandingkan Harga penutupan Senin (21/4) yang di level 16.807 per dolar AS.
“Kami melihat BI tidak dalam momentum untuk memangkas suku bunga mengingat rupiah yang masih tertekan di Rp 16.850 per dollar AS,” tutur Banjaran kepada Kontan, Selasa (22/4).
Baca Juga: Jaga Rupiah, BI Diprediksi Pertahankan BI Rate di Level 5,75% pada April 2025
Disisi lain, ia melihat interest rate differential (IRD) atau selisih suku bunga (perbedaan antara suku bunga dari dua mata uang, investasi, atau aset keuangan yang serupa) tetap dijaga dibanding negara pembanding agar surat berharga masih menarik bagi investor.
Selain itu, Ia juga melihat kondisi saat ini sangat unik, karena walaupun dollar index turun, namun dollar masih menguat dibanding nilai tukar rupiah.
Setidaknya, ia meramal terdapat ruang penurunan suku bunga BI pada kuartal II dan III 2025 dengan total 50 bps. Hal ini sejalan dengan arah kebijakan The Fed yang diperkirakan memangkas suku bunga.
Dalam kesempatan berbeda, Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang juga meramal BI akan mempertahankan suku bunga di level 5,75% pada bulan ini. Menurutnya, upaya tersebut dilakukan sebagai langkah dari strategi menjaga stabilitas rupiah di tengah tekanan eksternal yang masih tinggi.
“Arah penurunan suku bunga The Fed baru cenderung terjadi mulai Juni 2025. Sementara itu, pasar keuangan domestik masih mengalami outflow, di tengah masih relatif minimnya penempatan dan konversi valas dari DHE SDA, yang membatasi potensi penguatan rupiah dalam jangka pendek,” kata Hosianna.
Meski demikian, ia menilai, apabila tekanan rupiah mulai mereda pasca musim repatriasi dividen dan The Fed mulai bersikap lebih dovish, ruang pelonggaran suku bunga terbuka di paruh kedua.
“Kami melihat potensi penurunan sebesar 25 bps ke 5,50% di kuartal III, dengan asumsi inflasi tetap terjaga dan arus modal memulai kembali stabil,” jelasnya.
Lebih lanjut, Kepala Ekonom BCA David Sumual menyampaikan kondisi eksternal masih volatile dan terdapat sentimen relatif negatif untuk aset portofolio emerging market.
“Namun inflasi masih relatif stabil dan sesuai ekspektasi, proyeksi (BI-Rate) masih ditahan (di level 5,75%,” ungkapnya.
Baca Juga: Tarif Impor Trump Bikin Ketidakpastian, BI Diprediksi Tahan Suku Bunga Acuan
Selanjutnya: Pemindahan ASN ke IKN Ditunda, Ada Apa?
Menarik Dibaca: Makanan Mengandung Babi Bisa Jadi Penyebab Utama Asam Urat, Ini Alasannya!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News