Sumber: Antara | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Pakistan berharap Indonesia membuka keran yang lebih besar bagi masuknya produk-produk dari negara di Asia Selatan tersebut, termasuk beras. Ini sebagai upaya untuk mencapai keseimbangan neraca perdagangan bilateral.
"Saat ini Pakistan sebagai salah satu pasar minyak sawit terbesar, masih mencatat defisit neraca perdagangan yang besar dengan Indonesia," kata Kahumas Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi, Rabu.
Dia yang bersama Ketua Umum Gapki Joko Supriyono menghadiri konferensi satu hari Pakistan Edible Oil Conference (PEOC) di Karachi, Pakistan, mengatakan permintaan tersebut disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri Pakistan Zubair Tufail. Dalam konferensi itu Zubair mengatakan, selain dengan Indonesia, Pakistan juga ingin mencapai keseimbangan neraca perdagangan dengan Malaysia.
Pakistan adalah salah satu pasar minyak nabati terbesar di dunia. Selain minyak sawit yang diimpor dari Indonesia dan Malaysia, Pakistan juga membeli minyak kedelai dari Amerika Utara dan Brazil.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik, tahun 2016, nilai ekspor Indonesia ke Pakistan mencapai US$ 2,2 miliar dan sebesar US$ 1,8 miliar adalah ekspor minyak sawit. Sementara itu, Indonesia hanya membeli produk-produk dari Pakistan senilai US$ 140 juta.
Pakistan mengajak para pengusaha Indonesia untuk berinvestasi membangun industri pengolahan minyak sawit di Pakistan. Ini karena kebutuhan akan minyak sawit untuk makanan yang terus meningkat di negara berpenduduk 182 juta jiwa tersebut.
Joko Supriyono, Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) berharap, pemerintah memperhatikan keinginan Pakistan untuk menjual lebih banyak produk ke Indonesia. Selain terkait aspek fairness dalam perdagangan bilateral kedua negara, juga untuk menjaga pasar minyak sawit Indonesia di Pakistan.
"Jangan sampai Pakistan mengurangi konsumsi minyak sawit dan turunannya dari Indonesia, karena akan membuka peluang bagi Malaysia untuk menjual minyak sawit yang lebih besar ke sana," kata Joko yang menjadi salah satu delegasi Indonesia dalam PEOC.
Mengenai berbagai hambatan perdagangan Indonesia-Pakistan tersebut, pemerintah dan sejumlah pelaku usaha kedua negara berinisiatif membentuk Indonesia Pakistan Palm Oil Council (IPPOC).
Dari Indonesia, ikut bergabung dalam forum tersebut antara lain BPDP Sawit, GAPKI, GIMNI, AIMI, dan Sucofindo. Sedangkan Pakistan diwakili oleh sejumlah organisasi dunia usaha antara lain PVMA (Pakistan Vanaspati Manufacturer's Association) dan PEORA (Pakistan Edible Oil Refiners Association).
Pakistan tetap akan menjadi pasar minyak nabati terbesar dunia dengan kenaikan impor minyak sawit baik mentah maupun olahan (olein) mencapai 2,6 juta ton tiap tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News