kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   0,00   0,00%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Outlook Bank Dunia tahun 2020: Konsumsi lebih lambat


Rabu, 11 Desember 2019 / 17:11 WIB
Outlook Bank Dunia tahun 2020: Konsumsi lebih lambat
ILUSTRASI. Lead Country Economist untuk Indonesia Frederico Gil Sander


Reporter: Grace Olivia | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam laporan terbarunya, Indonesia Economic Quarterly (IEQ) edisi Desember 2019, Bank Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1% pada tahun 2020. 

Lead Economist Bank Dunia untuk Indonesia Frederico Gil Sander menjelaskan, pertumbuhan konsumsi domestik masih akan menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi tahun depan. Namun, ia memandang bahwa pertumbuhan konsumsi, baik rumah tangga maupun pemerintah, akan cenderung melambat dibandingkan tahun 2019. 

Baca Juga: Bukalapak ikuti suksesi Alphabet dan Alibaba

Dalam laporannya, Bank Dunia memproyeksi konsumsi rumah tangga tumbuh pada level 5,1%, melambat dari proyeksi pertumbuhan konsumsi swasta tahun ini yang mencapai 5,2%. Frederico mengatakan, penyebabnya ialah tingkat inflasi yang diprediksi lebih tinggi di tahun depan yaitu sekitar 3,5%.

“Harga makanan diperkirakan tetap stabil seiring dengan berakhirnya dampak El Nino. Namun, akan ada penyesuaian harga yang diatur pemerintah (administered prices) yang memengaruhi kenaikan inflasi di tahun depan,” tutur Frederico, Rabu (11/12). 

Beberapa penyesuaian yang berdampak pada inflasi, menurutnya, ialah kebijakan pemerintah mencabut subsidi listrik dari golongan rumah tangga 900 VA , menaikkan tarif iuran BPJS Kesehatan, serta menaikkan tarif cukai dan harga jual eceran rokok mulai tahun.

Baca Juga: Di debut perdana, harga saham Saudi Aramco melonjak 10%

Selain itu,  belanja partai politik juga akan jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2019 di mana Pemilu berlangsung sehingga menahan laju pertumbuhan konsumsi secara keseluruhan.

Dari sisi pemerintah, konsumsi juga diprediksi akan cenderung konservatif di tengah prospek penerimaan pajak maupun PNBP yang rendah di tengah masih lesunya harga komoditas.

Bank Dunia meramal pertumbuhan konsumsi pemerintah tahun depan sebesar 3,7%, meningkat dari proyeksi pertumbuhan konsumsi pemerintah tahun ini 3,5% tetapi lebih rendah dari proyeksi Bank Dunia sebelumnya yang mencapai 5,3%. 

Baca Juga: Nur Hasan terpilih jadi Ketua Umum Asosiasi DPLK periode 2019-2023



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×