kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

OPEC+ Pangkas Produksi Minyak, Belum Jadi Ancaman Bagi Inflasi Indonesia


Rabu, 05 April 2023 / 16:52 WIB
OPEC+ Pangkas Produksi Minyak, Belum Jadi Ancaman Bagi Inflasi Indonesia
ILUSTRASI. Kenaikan harga minyak ini masih belum menjadi momok bagi inflasi Indonesia.? REUTERS/Pascal Rossignol


Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak kembali meningkat. Terpantau pada Rabu (5/4) pukul 07.02 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei 2023 di New York Mercantile Exchange tercatat US$ 80,98 per barel. 

Harga tersebut naik 0,33% bila dibandingkan dengan posisi Selasa (4/4) yang ada di US$ 80,71 per barel. Kenaikan harga minyak ini didorong oleh pemangkasan produksi minyak oleh Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC+) hingga 1,65 juta barel per hari. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengungkapkan, kenaikan harga minyak ini masih belum menjadi momok bagi inflasi Indonesia. Sebab, meski meningkat, harga minyak masih di bawah asumsi harga minyak dalam asumsi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yang sekitar US$ 90 per barel. 

Baca Juga: IMF: Gejolak Perbankan di AS dan Eropa Dapat Menyebar ke Lembaga Non-Bank

"Harga minyak dunia masih di kisaran US$ 80 per barel. Masih di bawah asumsi makro APBN yang US$ 90 per barel. Jadi, masih aman untuk (inflasi)," tutur Faisal kepada Kontan.co.id, Rabu (5/4). 

Faisal juga melihat, kenaikan harga minyak dunia ini tak serta merta membuat pemerintah kembali menyesuaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terutama yang bersubsidi. 

Ini yang mendorong optimisme Faisal bahwa kenaikan harga minyak saat ini tidak akan berpengaruh besar pada inflasi dalam negeri. 

"Pemerintah belum akan menyesuaikan harga BBM bersubsidi bila harga minyak masih masuk dalam asumsi. Jadi, kemungkinan dampak ke inflasi terbatas," tambahnya. 

Hanya, ia tak menampik bahwa tetap ada kemungkinan kenaikan BBM non subsidi akibat peristiwa tersebut. Sebab, harga BBM non subsidi memang selama ini bergerak mengikuti harga pasar minyak dunia. 

Baca Juga: Inflasi Rendah, Daya Beli Masih Lemah

Sejauh ini, Faisal tetap memperkirakan inflasi Indonesia pada akhir tahun 2023 sebesar 3,60% YoY. Ini berarti inflasi sudah kembali ke kisaran sasaran Bank Indonesia (BI) yang sebesar 2% YoY hingga 4% YoY. 

Inflasi akan kembali ke kisaran sasaran BI pada semester II-2023, karena dampak dari kenaikan harga BBM pada September 2022 sudah mulai menghilang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×