Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) berharap Indonesia tidak mengundurkan diri dari keanggotan OPEC. Pasalnya, Indonesia dinilai masih memiliki peranan penting sejak awal terbentuknya OPEC hingga saat ini. Hal tersebut disampaikan Presiden OPEC Chakib Khelil usai bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Rabu (29/7) lalu. “Kami sangat menghargai posisi Indonesia,” ujarnya didampingi Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dan Juru Bicara Presiden Dino Patti Djalal.
Meski demikian, Khelil menyerahkan keputusan tersebut sepenuhnya kepada pemerintah Indonesia. Dia bilang, keputusan untuk tetap menjadi anggota, non aktif, atau keluar dari organisasi merupakan hak dari anggota organisasi. "Itu keputusan masing-masing negara, bukan wewenang OPEC," lanjut Khelil yang juga menjabat sebagai Menteri Energi Aljazair.
Pada kesempatan yang sama, Purnomo mengatakan, Indonesia masih tercatat sebagai anggota OPEC hingga 31 Desember tahun ini. “Soalnya kita juga sudah membayar biaya keanggotan untuk tahun 2008,” katanya. Selain itu, pemerintah juga belum memberikan surat pengunduran diri secara resmi dari keanggotaan OPEC.
Purnomo pun lantas membeberkan kembali alasan utama pemerintah mempertimbangkan keluar dari kenaggotaan OPEC. Salah satunya, saat ini Indonesia sudah menjadi nett oil importer atau negara pengimpor minyak. Dengan demikian, hal itu tidak sejalan dengan tujuan organisasi OPEC yang merupakan wadah bagi negara-negara penghasil minyak.
Dia mencontohkan, produksi minyak dan gas Aljazair hampir sama dengan Indonesia. Namun, jumlah penduduk Aljazair tak lebih dari 35 juta jiwa. Alhasil, mereka masih dapat mengekspor minyak karena tingkat konsumsi BBM-nya tak sebesar Indonesia. “Penduduk kita 230 juta jiwa, kegiatan ekonominya juga banyak, akhirnya kita jadi nett importer,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News