kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga Minyak Naik, OPEC Tak Mau Disalahkan


Kamis, 31 Juli 2008 / 11:16 WIB


Sumber: KONTAN | Editor: Test Test

JAKARTA. Adanya tudingan bahwa OPEC mengatur harga minyak dunia membuat Presiden Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) Chakib Khelil gerah. Secara tegas dia mengatakan, kenaikan harga minyak yang sempat terus meroket bukan karena diatur oleh OPEC melainkan murni diakibatkan mekanisme pasar. “OPEC hanya memegang 40 persen dari total produksi minyak dunia. Sedangkan 60 persen sisanya dikendalikan oleh pihak lain. Jadi, kecil kemungkinan kami mengatur harga,” katanya usai bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, pada Rabu (29/7) lalu.

Dia bilang, ada tiga penyebab utama kenaikan harga minyak. Faktor pertama, menyangkut melemahnya nilai tukar mata uang dolar A.S. Kedua, menyangkut isu geopolitik di beberapa negara. Dan ketiga, kenaikan harga minyak dipicu karena adanya tren penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif.

Khelil menjelaskan, faktor geopolitik sangat mempengaruhi kenaikan harga minyak. Ia bilang, saat ini terdapat tiga negara anggota OPEC yang tidak dapat menggenjont produksi minyaknya karena diberlakukannya embargo internasional. Mereka adalah Libia, Irak dan Iran. Alhasil, tidak ada investor yang berani melakukan eksplorasi ladang minyak dan gas di negara-negara tersebut. "Bagaimana meningkatkan pasokan jika tidak ada investor yang mau masuk?" katanya.

Memang, sebelumnya, sejumlah analis memperkirakan bahwa OPEC ikut “bermain” dalam pembentukan harga minyak yang saat ini masih tetap bertengger di angka US$ 120 per barel. Namun, menurut Khelil yang juga menteri Energi Aljazair, kenaikan harga minyak saat ini tidak terbentuk berdasarkan hukum permintaan dan penawaran. Ia bahkan menyatakan keheranannya, karena dalam satu hari harga minyak bisa melonjak lebih dari US$ 20. “Padahal supply dan demand masih tetap sama dengan beberapa tahun lalu," katanya.

Meski demikian, Khelil menyatakan OPEC akan terus berupaya untuk membantu menstabilikan harga minyak. Salah satu contohnya, lanjut Khelil, pada saat beberapa negara OPEC seperti Venezuela yang biasa memproduksi minyak 3 juta barel dan Nigeria yang biasa memproduksi 1 juta barel per harinya berhenti berproduksi, anggota OPEC yang lain langsung bergerak untuk mengisi kekosongan itu. 

Catatan saja, harga minyak pada tahun 1986 hanya US$ 9 per barel dan hanya mencapai US$ 10 per barel pada tahun 1998. Namun saat ini, harga minyak berada di atas level US$ 120 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×