Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat tren yang positif pada pasar keuangan dalam negeri sepanjang kuartal kedua 2019. Kondisi positif ini diharapkan mampu mendorong penyaluran pembiayaan ekonomi lebih cepat dan berkualitas sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Ketua OJK Wimboh Santoso mengatakan, kinerja pasar keuangan domestik meningkat seiring dengan kembalinya arus modal investor asing ke pasar domestik merespon kebijakan moneter global yang lebih akomodatif.
Baca Juga: BI lanjutkan kebijakan moneter akomodatif untuk topang pertumbuhan ekonomi
Pada pasar modal, IHSG secara year to date per 30 Juni 2019 ditutup meningkat ke level 6.358,63 dengan net buy investor nonresiden sebesar Rp 68,80 triliun.
Sementara itu, rata-rata yield Surat Berharga Negara (SBN) juga turun 57,64 bps secara ytd dengan net buy investor nonresiden Rp 95,50 triliun.
“Ini adalah tanda-tanda yang bagus seiring dengan suku bunga yang telah diturunkan, terima kasih Pak Gubernur. Sehingga kita bisa mengoptimalkan ini untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tutur Wimboh dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Selasa (30/7).
Wimboh menilai, kontribusi kinerja intermediasi sektor jasa keuangan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi juga positif. Ini menurutnya terlihat dari profil risiko lembaga jasa keuangan yang terkendali.
Per Juni 2019, Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan mulai meningkat ke level tertinggi dalam delapan bulan terakhir yaitu sebesar 7,42% yoy. Sementara itu penyaluran kredit perbankan dan piutang pembiayaan masing-masing tumbuh sebesar 9,92% dan 4,29% yoy.
Baca Juga: Persepsi ekonomi Indonesia membaik, KSSK: Stabilitas keuangan kuartal II 2019 terjaga
“Profil risiko lembaga jasa keuangan relatif terjaga dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) dan Non-Performing Financing (NPF) secara gross masing-masing tercatat sebesar 2,50% dan 2,82% dari eksposur penyaluran dana,” rinci Wimboh.
Selain itu, kecukupan likuiditas memadai dengan rasio alat likuid perbankan terhadap non-core deposits (AL/NCD) dan Liquidity Coverage Ratio(LCR) masing-masing sebesar 90,09% dan 215,56%.
Baca Juga: Penjualan Champion Pacific (IGAR) turun 3,3% di semester-I tahun ini
Seiring dengan turunnya suku bunga acuan dan pelonggaran kebijakan giro wajib minimum, Wimboh memproyeksi intermediasi dan kondisi likuiditas bank ke depan semakin baik.
Permodalan lembaga jasa keuangan dalam mengantisipasi potensi risiko sekaligus mendukung pertumbuhan masih solid, tercermin dari Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan sebesar 23,18% serta Risk-Based Capital (RBC) industri asuransi umum dan industri asuransi jiwa masing-masing sebesar 313,5% dan 662,9%.
Namun, Wimboh bilang OJK tetap mencermati faktor risiko yang dapat memengaruhi kondisi likuiditas dan potensi kenaikan risiko kredit lembaga jasa keuangan. Di antaranya adalah pengaruh outlook pertumbuhan ekonomi dunia yang melandai dan eskalasi kebijakan proteksionisme perdagangan.
Baca Juga: Bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) turun 25 basis poin menjadi 6,75%
“Kita harus mengoptimalkan sumber pertumbuhan ekonomi domestik sehingga dapat memitigasi risiko-risiko yang tidak diinginkan. Sektor jasa keuangan harus bisa berdampak positif dalam memberikan pembiayaan,” tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News