kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.412.000   -13.000   -0,54%
  • USD/IDR 16.645   2,00   0,01%
  • IDX 8.612   -5,26   -0,06%
  • KOMPAS100 1.185   -4,75   -0,40%
  • LQ45 849   -5,56   -0,65%
  • ISSI 307   1,40   0,46%
  • IDX30 438   -1,12   -0,26%
  • IDXHIDIV20 508   -0,68   -0,13%
  • IDX80 132   -0,67   -0,50%
  • IDXV30 139   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 139   -0,10   -0,07%

OECD: Ekonomi Indonesia Stabil, tapi Investasi Mulai Tertahan


Rabu, 03 Desember 2025 / 15:51 WIB
OECD: Ekonomi Indonesia Stabil, tapi Investasi Mulai Tertahan
ILUSTRASI. Kawasan perkantoran di Jakarta, Senin (3/11/2025). /KONTAN/Carolus Agus Waluyo. OECD menilai perekonomian Indonesia berada dalam posisi stabil, didukung konsumsi domestik yang kuat serta kinerja ekspor yang tetap solid


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menilai perekonomian Indonesia berada dalam posisi stabil, didukung konsumsi domestik yang kuat serta kinerja ekspor yang tetap solid. Namun, lembaga tersebut mencatat tanda-tanda meningkatnya kehati-hatian dari pelaku usaha, terutama dalam aktivitas investasi.

Kepala Desk Indonesia dan Filipina, Cyrille Schwellnus menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih ditopang oleh daya beli masyarakat yang resilien.

Konsumsi rumah tangga bertahan kuat, sementara konsumsi pemerintah kembali meningkat setelah sempat dipangkas pada paruh pertama tahun ini untuk membiayai proyek prioritas, termasuk program makan bergizi gratis (MBG) dan pembentukan Danantara. Namun di sisi lain, dunia usaha terlihat lebih berhati-hati.

Baca Juga: Panglima TNI Jelaskan Bantuan Logistik Banjir Aceh Pecah dan Pastikan Evaluasi

"Kami melihat adanya kehati-hatian yang lebih besar dalam investasi. Jadi, investasi tetap stabil, tetapi pada kuartal ketiga terjadi penurunan persediaan yang cukup besar karena pelaku usaha menilai ulang kondisi pasar," ujar Schwellnus dalam media briefing, Rabu (3/12).

OECD menyebut inventory drawdown (pengurangan stok barang) yang besar ini sebagai sinyal bahwa pelaku usaha tengah merespons ketidakpastian dengan mengurangi stok dan memperlambat ekspansi.

Dengan kondisi tersebut, OECD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5% pada 2025 dan 2026, dengan sedikit peningkatan menjadi 5,1% pada 2027.

Di sisi lain, inflasi Indonesia dinilai masih terkendali. Inflasi November tercatat 2,7%, naik dibanding rata-rata 0,6% pada kuartal I akibat berakhirnya diskon tarif listrik, tetapi tetap dalam rentang aman.

Ia menilai Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk melakukan pelonggaran moneter lebih lanjut guna mendukung aktivitas ekonomi, namun tetap perlu berhati-hati mengingat depresiasi nilai tukar belakangan ini.

"Kami melihat ruang bagi bank sentral untuk memberikan pelonggaran moneter tambahan guna mendukung aktivitas ekonomi, tetapi kami menyarankan agar bank sentral tetap bergantung pada data, terutama mengingat depresiasi nilai tukar baru-baru ini, untuk menjaga inflasi tetap berada dalam kisaran target," katanya.

Baca Juga: Penanganan Banjir di Aceh-Sumatera Belum Maksimal, Menko PMK Pratikno Minta Maaf

Selanjutnya: Google Bangun Pusat Data Luar Angkasa: Solusi Energi AI?

Menarik Dibaca: Promo Guardian Super Hemat 1-10 Desember 2025, Tambah Rp 1.000 Dapat 2 Maskara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×