kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

OBITUARI: Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Humas BNPB dalam kenangan


Minggu, 07 Juli 2019 / 09:16 WIB
OBITUARI: Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Humas BNPB dalam kenangan


Sumber: Kompas.com | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas (Pusdatinmas) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia di Guangzhou, China, Minggu (7/7), pukul 02.20 waktu setempat atau 01.20 WIB. Kabar ini langsung menyebar di grup-grup WhatsApp media yang selama ini dibuat Sutopo untuk menyebar informasi soal kebencanaan.

Duka dan doa pun mengalir deras untuk almarhum Sutopo dan keluarga. Vonis kanker paru-paru Menilik ke belakang, Sutopo meninggal dunia akibat penyakit kanker paru-paru yang dideritanya. Dia divonis mengidap kanker paru-paru pada 17 Januari 2018.

Dalam wawancara dengan Kompas.com, Sutopo sempat mengaku hatinya hancur ketika dokter memvonisnya mengidap kanker paru-paru stadium 4B. Ia terkejut bukan main. Sutopo bukan perokok dan bergaya hidup sehat, tapi kanker paru tiba-tiba hinggap di tubuhnya.

Sutopo mengaku memang kerap batuk tetapi batuknya sembuh hanya dengan mengonsumsi obat pasaran. Namun, lama-kelamaan ia batuk dengan durasi sembuh yang cukup lama.

Akhir 2017, Sutopo memeriksa kesehatan di dokter spesialis jantung. Ia dinyatakan sehat dan terbebas dari penyakit. Hanya saja, kata dokter itu, asam lambungnya tinggi. Ia diberi obat asam lambung dan kemudian batuknya mereda.

Januari 2018, Sutopo berinisiatif mengecek kesehatan ke dokter spesialis paru-paru. Dari situlah ia tahu kanker telah bersarang di tubuhnya.

Dekat dengan media

Lepas dari soal vonis kanker yang menghinggapi Sutopo, pria kelahiran Boyolali, 7 Oktober 1969 itu dikenal dekat dengan wartawan. Dia tak pernah membeda-bedakan wartawan, dari media mana pun dia akan ladeni wawancara meski hari sudah larut.

Di kala bencana datang tiba-tiba di tengah malam, dia pun dengan sigap menyebar informasi yang lengkap kepada wartawan lewat grup WhatsApp media yang dibentuknya. Bahkan, pernah pula di saat kondisinya kian memburuk, Sutopo tetap nekat menggelar jumpa pers. Padahal, beberapa jam sebelumnya, Sutopo harus dipasang infus di rumah sakit.

Dalam kenangan Kompas.com, suatu ketika Sutopo menemani bosnya, Kepala BNPB Syamsul Maarif di sekitar tahun 2015 melakukan rapat bersama Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta. Sutopo tak ikut masuk ke dalam ruang rapat yang berada di gedung Kantor Presiden. Dia setia menunggu bosnya itu sambil bercengkrama dengan wartawan.

Meski cerita demi cerita mengalir dari Pak Topo, demikian dia dipanggil, tangannya terlihat sangat cekatan mengetik di ponselnya. "Bapak bikin rilis dari situ?" tanya Kompas.com sekitar tahun 2015 itu.

"Iya, saya belajar banyak dari wartawan bagaimana harus mengetik cepat. Jadi saya ini kerjanya mirip-mirip wartawanlah, ada informasi apa langsung ketik, harus cepat," tutur Sutopo.

"Enggak pusing Pak ngetik di HP?" tanya Kompas.com lagi.

"Ini yang paling praktis. Kalau sudah selesai bisa langsung disebarkan di grup-grup WhatsApp. Cuma saya masih ada PR, karena yang kayak begini di kantor cuma saya, harusnya staf-staf saya juga belajar dari wartawan," ujar dia.

Memang benar, Sutopo lalu menunjukkan ponselnya. Di situ dia sedang mengetik sebuah informasi penanganan bencana di sebuah wilayah. Dia menghimpun informasi-informasi yang didapatnya dari lapangan melalui BPBD di berbagai daerah.

Di saat wartawan mewawancarai Kepala BNPB usai rapat, Sutopo juga tak lepas dari ponselnya. Dia terkadang mencatat pokok-pokok penting yang disampaikan atasannya itu.

Sosoknya pun semakin dicintai wartawan lantaran Sutopo tak hanya sekadar memberikan informasi terkait bencana yang berlangsung. Namun, dia juga tak segan membagikan ilmu bumi yang dikuasainya kepada wartawan agar memahami konteks bencana yang terjadi.

Tak mengherankan, Sutopo mengambil studi S1 jurusan Geografi Universitas Gadjah Mada. Dia kemudian melanjutkan studi masternya denan mengambil program studi Pengelolaan DAS di Institut Pertanian Bogor (IPB). Dia lalu mendapatkan gelar doktor setelah mengambil Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan IPB.

Kini, sosok pejuang yang begitu penting dan sangat membantu media di setiap peristiwa bencana itu sudah pergi. Terima kasih dan selamat jalan, Pak Topo!

Biodata:

Nama lengkap dan gelar: Dr Sutopo Purwo Nugroho, MSi, APU

Tempat/tanggal lahir: Boyolali/7 Oktober 1969

Pendidikan:

  • SD-SMA di Boyolali
  • S1 Fakultas Geografi UGM
  • S2 Program Studi Pengelolaan DAS IPB
  • S3 Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan IPB

Karya, antara lain: 77 artikel di jurnal nasional 7 tulisan di jurnal internasional 13 buku Sejumlah artikel di media massa dan makalah yang tidak diterbitkan.

(Penulis : Sabrina Asril)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul OBITUARI: Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Humas BNPB dalam Kenangan.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×