Sumber: Kompas.com | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, musim kemarau tahun ini akan lebih kering dibanding 3 tahun terakhir.
Sebab, selama 3 tahun belakangan, terjadi musim kemarau basah atau musim kemarau yang diiringi angin kencang dan hujan di beberapa daerah.
Sementara itu, tahun ini, ada fenomena la nina segera menuju netral para periode Maret 2023, kemudian beralih menuju fase el nino lemah dengan peluang 50-60 persen pada semester II 2023.
Suhu muka air laut di Samudra Pasifik mulai menghangat, berbalik dari tiga tahun belakangan. Sebaliknya, suhu muka di perairan Indonesia mulai mendingin, sehingga dampaknya terjadi propagasi udara basah dari Kepulauan Indonesia menuju Samudra Pasifik.
Baca Juga: Musim Kemarau di Indonesia Terjadi Mulai April 2023
"Sekarang kita mengalami normal lagi. Artinya sudah biasa ada hujan di musim kemarau, saat ini kembali ke normal bahkan ada potensi el nino. Artinya ada potensi lebih kering terutama dibandingkan 3 tahun terakhir," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers secara daring, Senin (6/3/2023).
Sejatinya, kata Dwikorita, musim kemarau tahun 2023 secara umum bersifat normal apabila dibandingkan terhadap rerata klimatologis 1991-2020. Namun, jika dibandingkan dalam 3 tahun terakhir, musim kemarau akan lebih kering.
"Mohon diperhatikan normal itu dibandingkan rerata klimatologis 1991-2020, padahal selama 3 tahun terakhir yaitu 2020-2022 kita sudah mulai terbiasa dengan musim kemarau yang basah atau yang di atas normal," tutur Dwikorita.
Tercatat, ada 327 zona musim atau 46,78 persen dari total zona musim (ZOM) yang akan mengalami musim kemarau normal. Lalu, 327 zona musim dengan musim kemarau di bawah normal atau lebih kering, dan 45 zona musim atau 6,44 persen dengan musim kemarau di atas normal atau lebih basah.
Secara rinci, wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau di bawah normal atau lebih kering, yaitu wilayah Aceh bagian utara, sebagian Sumatera Utara, Riau bagian utara, Sumatera bagian selatan, dan sebagian besar Jawa.
Lalu Bali, sebagian besar Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian Sulawesi, Maluku Utara, Papua Barat bagian selatan, dan Papua bagian selatan. "Ini musim kemarau di bawah normal artinya lebih kering dari normalnya," ujar dia.
Sementara itu, wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di atas normal atau lebih basah, yaitu Aceh bagian selatan, Sumatera Utara bagian tengah, Sumatera Barat bagian selatan, sebagian kecil Jawa, sebagian kecil Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan Utara, dan Sulawesi Barat bagian utara.
Awal musim kemarau tidak terjadi secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia. Musim kemarau diprediksi mulai terlebih dahulu di wilayah Bali, NTT, NTB, dan sebagian Jawa Timur pada April 2023. Sebanyak 119 zona musim atau 17 persen dari total 699 zona musim di Indonesia akan memasuki musim kemarau lebih dulu.
Selanjutnya, 156 zona musim atau 22,3 persen wilayah akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei 2023, meliputi sebagian Nusa Tenggara, sebagian Bali, sebagian besar Jawa, Lampung, sebagian Sumatera Selatan, sebagian Sumatera Utara, dan Papua bagian selatan.
Sebanyak 155 zona musim atau 22,2 persen wilayah akan memasuki musim kemarau pada bulan Juni 2023 meliputi sebagian besar Sumatera, sebagian kecil Jawa, Kalimantan bagian selatan, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku, dan sebagian Papua.
Baca Juga: Simak 5 Cara Merawat Kulit Wajah di Musim Hujan, Tetap Gunakan Pelembap
Adapun 113 zona musim atau 16 persen dari zona musim lainnya merupakan daerah yang memiliki musim hujan atau musim kemarau sepanjang tahun.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "BMKG: Musim Kemarau Tahun Ini Berisiko Lebih Kering Dibandingkan 3 Tahun Terakhir"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News