kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Muncul Subvarian Varian Baru, Epidemiolog Minta Cakupan Booster Percepat


Kamis, 14 Juli 2022 / 19:40 WIB
Muncul Subvarian Varian Baru, Epidemiolog Minta Cakupan Booster Percepat
ILUSTRASI. Vaksin Booster: Seorang anak berpose di sebuah gerai Vaksinasi Covid-19 di Depok, Jawa Barat, Rabu (13/7/2022). Muncul Subvarian Varian Baru, Epidemiolog Minta Cakupan Booster Percepat.


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah ditemukan subvarian omicron BA.4 dan BA.5, kembali ditemukan subvarian baru BA.2.75 di dunia. Subvarian Omicron ini pertama kali ditemukan di India dan dikhawatirkan menyebar dengan cepat ke negara lain.

Ahli Kesehatan Lingkungan dan Epidemiolog Griffith University Dicky Budiman mengatakan, Indonesia perlu mewaspadai adanya subvarian tersebut. Pasalnya sama seperti subvarian BA.4 dan BA.5 yang kini mendominasi kasus di Indonesia, subvarian BA.2.75 memiliki kemampuan reinfeksi.

Oleh karenanya, Dicky menekankan pentingnya penerapan protokol kesehatan secara disiplin dan peningkatan vaksinasi tiga dosis di masyarakat.

"Yang paling penting adalah memperkuat sistem kesehatan. Semua tenaga kesehatan kita kan sudah jauh lebih paham soal penanganan ini, soal 3T, karantina dan juga utamanya memastikan masyarakat terproteksi dengan vaksinasi tiga dosis," kata Dicky kepada Kontan.co.id, Kamis (14/7).

Baca Juga: Kasus Aktif Covid-19 Tembus 20.000, Masyarakat Diminta Segera Vaksin Booster

Pasalnya, vaksinasi sudah terbukti menekan tingkat keparahan dan fatality apabila terjadi reinfeksi. Dicky menegaskan, protokol kesehatan dan vaksinasi jadi jurus mutlak untuk mencegah adanya varian atau subvarian berkembang hingga pandemi dinyatakan usai.

Meski saat ini belum ditemukan di Indonesia, melihat kecepatan penyebaran subvarian BA.2.75, Dicky menyebut tinggal menunggu waktu subvarian tersebut ditemukan di dalam negeri. Terlebih kapasitas testing dan tracing saat ini masih dinilai belum maksimal.

"Adanya terdeteksi varian baru perkara waktu aja, bisa dua minggu kurang terdeteksi kalau surveilans genomic memadai, masalahnya Indonesia belum memadai, jadi perlu waktu buat kita buat temukan," imbuhnya.

Mengenai kasus harian yang sempat menyentuh di atas 3.000 kasus, Dicky menyebut saat ini bukan waktunya untuk melihat seberapa besar puncak kasus dari satu varian. Peningkatan vaksinasi booster kembali jadi fokus dalam mengatasi munculnya varian ataupun subvarian Covid-19.

"Sudah bukan mempermasalahkan puncak kasusnya berapa tapi bagaimana melindungi masyarakat, dengan mendapatkan 3 dosis vaksinasi. Karena potensi seseorang reinfeksi sangat besar, bagaimana kita pastikan kalau masyarakat terinfeksi lagi dia enggak mengalami keparahan," tegas Dicky.

Baca Juga: Jadi Syarat Perjalanan, Kenali Efek Samping Vaksin Booster dan Cara Mengatasinya

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan, menyikapi adanya subvarian baru omicron di negara lain, pemerintah saat ini terus menjalankan skrining pelaku perjalanan yang masuk ke Indonesia.

"Bahkan sebagai bentuk kehati-hatian, dalam kebijakan terbaru menurut SE Satgas COVID19 No. 22 Tahun 2022, pemerintah Indonesia juga mewajibkan WNI yang hendak bepergian untuk wajib booster dengan tujuan dapat tetap aman saat bepergian dan tidak membawa penularan saat kembali ke Indonesia," kata Wiku.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×