kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Morgan Stanley ungkap alasan Indonesia bisa jadi negara berbasis digital terbesar


Jumat, 09 Oktober 2020 / 16:58 WIB
Morgan Stanley ungkap alasan Indonesia bisa jadi negara berbasis digital terbesar
ILUSTRASI. The Morgan Stanley logo is displayed at the post where it is traded on the floor of the New York Stock Exchange (NYSE) in New York, U.S., April 19, 2017. REUTERS/Brendan McDermid


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Morgan Stanley melihat peluang bahwa Indonesia bisa menjadi negara berbasis ekonomi digital terbesar di dunia.

Dalam laporan yang diterima oleh Kontan.co.id, Morgan Stanley pun menjabarkan beberapa alasan mengapa Indonesia sangat matang untuk pertumbuhan ekonomi digital.

Pertama, besarnya populasi usia produktif di Indonesia. Hal ini berdasarkan data pada tahun 2019, populasi di Indonesia sebanyak 270 juta jiwa dengan 50% nya berada dalam rentang usia di bawah 30 tahun.

Kedua, rendahnya jumlah populasi yang memiliki rekening bank. Melansir Bain, hanya sekitar 23% orang dewasa di Indonesia yang memiliki akses memadai ke layanan dan produk keuangan per tahun 2018.

Baca Juga: Syarat penguasaan tanah 50% untuk KEK beri kepastian kegiatan usaha jalan

Penetrasi kartu kredit pun juga dinilai rendah. Hingga Juli 2020, hanya tercatat sekitar 6% yang memiliki kartu kredit. “Sehingga ini, menjadi peluang bagi masuknya platform kartu kredit virtual (PayLater) untuk mendapatkan pangsa pasar di Indonesia,” ujar Morgan Stanley.

Ketiga, tingginya penetrasi cerdas gawai. Menurut data dari Statista, hingga akhir 2019, penetrasi cerdas gawai sudah mencapai 63% dan bahkan diprediksi bisa mencapai 89% di tahun 2025.

Statista juga menemukan kalau meski penetrasi cerdas gawai sudah tinggi, tetapi penetrasi broadband baru 15%. Ini berarti, akses internet untuk orang Indonesia sangat bergantung pada cerdas gawai.

Keempat, penggunaan teknologi seluler yang tinggi. Menurut laporan dari Google, Temasek, dan Bain, rata-rata orang Indonesia lebih terlibat dengan teknologi seluler daripada negara-negara di Asia lainnya.

“Orang Indonesia menghabiskan 4,5 jam sehari di ponsel mereka, lebih tinggi dibandingkan orang India yang hanya 3,75 jam sehari, orang China 3,3 jam, dan penggunaan rata-rata orang di dunia yang sebesar 3,2 jam per hari,” tandasnya.

Selanjutnya: Morgan Stanley: Indonesia bisa jadi negara berbasis ekonomi digital terbesar di dunia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×