Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Laporan terbaru Morgan Stanley menyoroti kondisi pasar tenaga kerja Indonesia yang dinilai menghadapi tekanan serius, terutama di kalangan anak muda.
Dalam laporan bertajuk Asia Faces Rising Youth Unemployment Challenge, tingkat pengangguran muda di Indonesia tercatat sangat tinggi, mencapai 17,3%, jauh di atas rata-rata kawasan Asia lainnya.
Meski tingkat pengangguran terbuka secara keseluruhan tidak menunjukkan lonjakan besar, lembaga keuangan global itu menilai angka tersebut menyembunyikan persoalan besar underemployment atau setengah pengangguran.
Baca Juga: Morgan Stanley: Pengangguran Muda di Indonesia Tertinggi Kedua di Asia
Menurut temuan mereka, sekitar 59% lapangan kerja baru di Indonesia berada di sektor informal, yang menjadi indikator kuat bahwa banyak pekerja tidak memiliki jaminan sosial maupun penghasilan layak.
Morgan Stanley memperingatkan bahwa tekanan terhadap pasar kerja akan meningkat dalam 10 tahun ke depan. Populasi usia kerja Indonesia diperkirakan bertambah 12,7 juta orang, menciptakan kebutuhan besar untuk penciptaan lapangan kerja baru.
Namun, peluang tersebut terhambat oleh minimnya investasi baru. Rasio investasi terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia kini hanya 29%, turun dari level pra-pandemi sebesar 32%.
"Kondisi sentimen korporasi yang lemah di tengah ketidakpastian kebijakan domestik menunjukkan bahwa siklus belanja modal (capex cycle) kemungkinan akan tetap lesu dalam waktu lama yang berarti tekanan terhadap penciptaan lapangan kerja akan terus berlanjut," tulis Morgan Stanley dalam laporannya, Selasa (7/10/2025).
Baca Juga: Pengangguran Anak Muda RI Capai 15%, Tiga Kali Lipat dari Usia Dewasa
Selain itu, dominasi China dalam manufaktur serta langkah agresif India memperluas basis industrinya dinilai menghambat kemampuan Indonesia untuk memanfaatkan sektor manufaktur sebagai mesin utama penciptaan lapangan kerja.
Morgan Stanley juga memproyeksikan perlambatan ekonomi di tiga negara besar Asia seperti China, India, dan Indonesia dalam waktu dekat.
Ekspor yang melemah dan permintaan domestik yang lesu akan menekan penciptaan lapangan kerja di sektor industri dan ekspor.
"Hal ini akan menimbulkan tekanan ke bawah terhadap lapangan kerja di sektor manufaktur dan sektor yang terkait ekspor, yang mungkin juga akan menular ke segmen lain dalam pasar tenaga kerja," katanya.
Di Indonesia, ketidakpastian kebijakan disebut menjadi faktor utama yang menahan minat investasi swasta, berbeda dengan India yang dinilai lebih agresif dalam pelonggaran kebijakan untuk mendorong investasi.
"Kami tetap khawatir bahwa ketidakpastian kebijakan yang masih menggantung di Indonesia akan membuat investasi swasta tetap lemah," imbuhnya.
Selain itu, perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi juga diperkirakan akan memperburuk tantangan pasar kerja, terutama bagi generasi muda yang baru memasuki dunia kerja.
Dalam jangka menengah, Morgan Stanley menekankan bahwa reformasi struktural menjadi kunci untuk mengatasi persoalan pengangguran muda di Indonesia.
Reformasi tersebut harus mampu meningkatkan rasio investasi terhadap PDB dan memperkuat daya saing sektor produktif.
Namun, lembaga itu juga memperingatkan bahwa jika reformasi gagal berjalan efektif, pemerintah mungkin perlu menempuh kebijakan redistribusi untuk menjaga stabilitas sosial di tengah meningkatnya kesenjangan ekonomi dan tekanan pasar tenaga kerja.
Selanjutnya: Bank Dunia Kerek Proyeksi Ekonomi China Menjadi 4,8% di 2025
Menarik Dibaca: Promo Indomaret Harga Spesial Periode 7-20 Oktober 2025, Keju-Sabun Cair Diskon 30%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News