Reporter: Rashif Usman, Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada peringkat Baa2, satu tingkat di atas investment grade, dengan outlook stabil pada Selasa (16/4).
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan bahwa dengan dipertahankannya peringkat utang Indonesia oleh Moody's, maka membantu Indonesia dari adanya risiko biaya utang mahal imbas ketegangan tensi geopolitik.
"Ya ini membantu," singkatnya kepada Kontan, Rabu (17/4) petang.
Baca Juga: Harga Emas Antam dan UBS di Pegadaian Hari Ini, Kamis (18/4/2024) Stagnan
David menerangkan, di tengah kondisi eksternal dan geopolitik yang masih penuh dengan ketidakpastian akan lebih baik untuk menganut kebijakan fiskal yang lebih prudent dibandingkan kebijakan fiskal yang agresif.
Dalam laporan Moody’s disebutkan, peringkat tersebut berdasarkan ketahanan perekonomian Indonesia yang berkelanjutan, didukung oleh faktor struktural seperti sumber daya alam yang melimpah dan demografi yang kuat, sehingga mendukung pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang stabil dan kuat.
“Hal ini juga didukung oleh kebijakan fiskal dan moneter yang hati-hati yang berfokus pada disiplin dan memastikan stabilitas makroekonomi,” mengutip laporan Moody’s Ratings, Selasa (16/4).
Akan tetapi Moody's memberikan catatan bahwa penyematan peringkat Baa2 ini masih menunjukkan kekuatan fiskal Indonesia yang relatif lemah.
Baca Juga: Moody’s Ramal Ekonomi Indonesia Tumbuh 5% pada 2024-2025, Ini Penopangnya
Dalam hal ini Moody's menyoroti keterjangkauan utang yang sangat lemah, meski pemerintah sudah menjaga rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di bawah level negara-negara setingkat.
Meski begitu, Moody’s berasumsi disiplin fiskal Indonesia akan terus berlanjut, sehingga mendukung stabilisasi beban utang pada level saat ini.
Di samping itu, sebagai eksportir minyak sawit dan batu bara, Indonesia juga cukup terekspos terhadap risiko transisi karbon, yang berdampak pada dampak aspirasi dan strategi pembangunan ekonominya. Sedangkan outlook stabil mencerminkan risiko yang seimbang.
Moody’s berharap Indonesia dapat memperluas ukuran dan daya saing sektor manufaktur agar bisa mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia yang signifikan dan tahan lama.
Baca Juga: Konflik di Timur Tengah Bisa Kerek Inflasi RI, Daya Beli Masyarakat Terancam
Dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, maka akan mendorong pendapatan negara yang diterima Indonesia lebih besar lagi.
“Selain itu, meskipun peringkat tersebut tidak mencakup perubahan arah reformasi secara umum, mungkin terdapat potensi perubahan kebijakan setelah transisi politik yang dapat menimbulkan risiko positif dan negatif terhadap profil kredit Indonesia,” tulis Moody’s.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News