kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45934,39   6,03   0.65%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mobilitas di pemukiman meningkat, ini saran epidemiolog


Rabu, 28 Juli 2021 / 04:50 WIB
Mobilitas di pemukiman meningkat, ini saran epidemiolog


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Data Google Mobility menunjukkan konsentrasi mobilitas di pemukiman meningkat dibandingkan di tempat kerja, sehingga dikhawatirkan kawasan pemukiman jadi rentan sebagai klaster penularan virus Covid-19.

Epidemiolog dari Griffith University di Australia, Dicky Budiman mengatakan, pembatasan mobilitas interaksi harus dibangun dari literasi dan kesadaran masyarakat itu sendiri.

“Virus ini kan dibawa oleh manusia dan bukan menyebar sendiri dan pembatasan kegiatan atau mobilitas itu bukan masalah bepergian jauh keluar kota, akan tetapi sering kali terjadi dalam pemukiman itu sendiri. Hal ini akan sangat berpengaruh dalam penyebaran virus Covid-19 dil ingkungan padat,” kata Dicky kepada Kontan.co.id, Selasa (24/7).

Oleh karena itu, Dicky mengatakan harus ada penggerak seperti melibatkan tokoh masyarakat setempat untuk melakukan sosialisasi dan menjadi media untuk mengubah perilaku masyarakat yang sering kali abai terhadap protokol kesehatan.

Baca Juga: Cegah penyebaran Covid-19, pemerintah gencar lakukan pelacakan

Sebab, kata Dicky jika sosialisasi atau himbauan ini dilakukan oleh tokoh masyarakat terutama tokoh adat, perannya akan jauh lebih kuat dan penting karena masyarakat akan cenderung lebih percaya.

Selain itu, sanksi sosial juga perlu diberlakukan bagi masyarakat yang melanggar atau melakukan mobilitas di pemukiman tanpa tujuan yang jelas juga tidak menerapkan protokol kesehatan.

“Sering kali ketika masyarakat bepergian jauh dari keluar rumah mereka sangat mentaati protokol kesehatan, namun saat di sekitaran rumah sendiri protokol kesehatannya malah longgar, karena mereka merasa aman ketika berada di ruang lingkum daerahnya. Padahal ini belum tentu dan bisa juga terjadi penularan yang cepat,” kata Dicky. 

Untuk mempertegas protokol kesehatan ini, Dicky mengatakan tidak perlu menggunakan sanksi normatif. Tokoh masyarakat sekitar cukup dengan memberikan sanksi sosial seperti di tegur pihak RT/RW setempat. 

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitanganpakaisabun

Selanjutnya: PPKM Level 4 diperpanjang lagi, sampai kapan? Ini penjelasan Presiden Jokowi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×