Reporter: Ratih Waseso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi menuturkan, berdasarkan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo petani diminta melakukan percepatan tanam.
Hal tersebut merespon adanya perubahan iklim ekstrem yakni fenomena El Nino. Dimana dampak fenomena El Nino dikhawatirkan dapat mengakibatkan kekeringan.
"Kebijakan Pak Mentan adalah untuk dilakukan percepatan tanam setelah memasuki panen raya yang hampir berakhir di bulan Mei," kata Suwandi dalam Diskusi Virtual di Kanal YouTube Propaktani Ditjen Tanaman Pangan, Jumat (28/4).
Baca Juga: Presiden Perintahkn Menteri Pertanian Revisi Aturan Pupuk Bersubsidi
Suwandi menjelaskan, percepatan tanam dapat dilakukan dengan berbagai upaya. Salah satu ya ialah percepatan tanam tidak lebih dari 14 hari. Ia mengapresiasi beberapa daerah beberapa daerah yang bahkan yang sudah mengolah tanah dengan traktor maksimal 10 hari usai panen.
"Maksimal ada yang 10 hari sudah diolah (tanahnya). Tapi jangan lupa waktu olah tanah dengan traktor dilakukan penyemprotan bio dekomposer untuk percepat proses pelapukan," imbuhnya.
Selanjutnya, untuk penyemaian benih Suwandi menyarankan untuk dilakukan diluar untuk mempercepat tanam. Serta menggunakan benih-benih unggul super genjah dan melakukan trobosan-trobosan baru untuk tanam.
"Jadi sebelum olah lahan benih sudah siap, jadi saat olah lahan bisa langsung tanam," kata Suwandi.
Menurutnya, dari berbagai data dan informasi secara global Indonesia diprediksi akan dihadapkan pada iklim ekstrem tahun lalu. Tahun 2023 dari NOAA dan International Rice Research Institute (IRRI) akan terjadi fenomena El Nino walaupun skalanya lemah atau rendah. Meski demikian Suwandi menyebut agar kewaspadaan tetap dilakukan untuk mengantisipasi dampaknya.
Selain itu, saat terjadi pancaroba sektor tanaman pangan juga akan dihadapkan pada serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit kerap terjadi baik setelah hujan ke musim kering atau sebaliknya.
Oleh karenanya, pihaknya melakukan pemetaan daerah-daerah yang rawan terjadi organisme pengganggu tanaman (OPT). Peramalan OPT merupakan komponen penting dalam strategi pengelolaan OPT Tanaman Pangan. Pasalnya dengan peramalan OPT dapat memberikan peringatan dini tentang populasi dan tingkat serangan.
"Ini rawan makanya harus ada persiapan. Maka dilakukan peramalan daerah ancaman walaupun sudah kami petakan daerah langganan OPT. Daerah rawan wereng, hama tikus dan lainnya dipetakan dan antisipasi dini," imbuhnya.
Baca Juga: Bapanas Mengajak Semua Pihak Antisipasi Dampak El Nino
Setelah dilakukan peramalan terhadap serangan hama dan penyakit serta organisme pengganggu tumbuhan harus dilakukan langkah lanjutan. Pertama antisipasi dini dengan sistem land working system. Kedua menggerakkan gerakan pengendalian OPT.
Ketiga yaitu pemetaan daerah-daerah langganan, termasuk daerah rawan kekeringan dan juga rawan hama dan penyakit. Keempat, melakukan pemantauan data-data dari BMKG untuk melakukan langkah-langkah antisipasi dini.
Kelima, antisipasi musim kemarau dengan menggunakan benih-benih tahan kekeringan terutama daerah-daerah yang rawan kekeringan. Keenam, petani diharapkan mengikuti asuransi usaha tani.
"Jadi diasuransikan untuk meminimalisir terhadap risiko kalau puso bisa diajukan klaim," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News