Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fenomena memanasnya suhu permukaan laut atau yang dikenal dengan el-nino yang memicu kekeringan diprediksi akan terjadi pada Agustus 2023 mendatang.
Merespon hal ini, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah telah menyiapkan teknologi modifikasi cuaca untuk menghadapi el-nino.
"Memperhitungkan segala langkah yang mesti ditempuh agar pengalaman buruk delapan tahun lalu tidak terulang kembali. Setidaknya sejak saat ini kami menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino," ujar Luhut, dilansir dari unggahan di akun Instagram resminya @luhut.pandjaitan, Kamis (27/4).
Baca Juga: Ekonom Beberkan Sejumlah Tantangan Dalam Pengendalian Inflasi, Apa Saja?
Luhut juga mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan koordinasi dengan Kementerian dan Lembaga (K/L) terkait untuk menyiapkan beberapa langkah lain dalam menghadapi El-Nino.
"Kami akan bersiap dalam kondisi yang paling ekstrem sekalipun," ungkap Luhut.
Lebih lanjut, belajar dari pengalaman 2015 lalu yang terjadi di Indonesia, El Nino berpotensi menyebabkan dampak kekeringan yang luas dan juga kebakaran hutan dan lahan di beberapa daerah.
Hal tersebut berkorelasi terhadap menurunnya produksi pertanian dan pertambangan berdasarkan data dana moneter internasional (IMF).
Baca Juga: Jokowi Ungkap Alasan Impor Beras Tahun Ini: Antisipasi Potensi Kemarau Panjang
Belum lagi dampak luas terhadap inflasi Indonesia dikarenakan besarnya kontribusi inflasi pangan terhadap inflasi keseluruhan. Hal ini terjadi karena diperkirakan 41 persen lahan padi mengalami kekeringan ekstrem di tahun tersebut.
Data World Food Programme bahkan menyebut bahwa tiga dari lima rumah tangga kehilangan pendapatan akibat kekeringan. Satu dari lima rumah tangga harus mengurangi pengeluaran untuk makanan akibat kekeringan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News