Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah memperlebar defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2020 menjadi 6,34% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Secara nominal, defisit ini setara dengan Rp 1.039,2 triliun.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Luky Alfirman mengatakan, meskipun defisit APBN melebar tetapi secara umum strategi pembiayaan APBN tahun ini masih tetap sama seperti rencana awal.
Baca Juga: Anggaran penanganan corona membengkak lagi jadi Rp 695 triliun, ini penyebabnya
"Secara umum strategi pembiayaan APBN masih tetap sama. Sebagaimana diketahui, saat ini pemerintah meluncurkan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) sebagai salah satu upaya dalam mempercepat recovery. Di dalamnya, diatur sumber pembiayaan PEN salah satunya bisa didapatkan melalui dukungan dari Bank Indonesia (BI)," ujar Luky dalam konferensi pers daring, Selasa (16/6).
Luky bilang, saat ini Kemenkeu dengan BI masih mematangkan Surat Keputusan Bersama (SKB) mengenai teknis pelaksanaan pembiayaan tersebut.
Di sisi lain, masih ada beberapa strategi lain dalam pembiayaan APBN di tahun ini. Pembiayaan APBN di tahun ini akan menggunakan lima opsi, yaitu optimalisasi sumber internal pemerintah atau non-utang, penarikan pinjaman, penerbitan surat berharga negara (SBN) di pasar domestik, penerbitan SBN valuta asing (valas), serta dukungan dari BI.
Adapun di dalam penarikan pinjaman, Luky mengatakan target pinjaman program di tahun ini berkisar antara US$ 7 miliar sampai dengan US$ 8 miliar.
Baca Juga: Tertekan dalam, penerimaan pajak Januari-Mei 2020 turun 10,8%
Beberapa lembaga yang dibidik pemerintah dalam penarikan pinjaman ini antara lain adalah, Bank Dunia (World Bank), ADB, AFD, KfW, JICA, EDCF, AIIB, dan IsDB dengan bunga yang relatif rendah.