kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menpar tawarkan pengembangkan pariwisata nomadic di Maluku Utara


Sabtu, 17 Maret 2018 / 17:58 WIB
Menpar tawarkan pengembangkan pariwisata nomadic di Maluku Utara
ILUSTRASI. Pariwisata Maluku Utara


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan potensi pariwisata di Provinsi Maluku Utara sangat besar karena didukung oleh kekayaan alam, tingkat kebudayaan dan kesenian yang tinggi. Untuk menarik jumlah kunjungan wisman dibutuhkan pengembangan pariwisata berstandar internasional melalui konsep Nomadic Tourism.

Melalui konsep nomadic, segala sarana pendukung pariwisata dapat dibuat secara temporer.

Menpar Arief Yahya menawarkan untuk membantu membangun fasilitas sea plane untuk aksesibilitas di Maluku Utara, karena pembangunan bandara membutuhkan waktu lama.

Saat ini sedang dibangun fasilitas pengembangan bandara, pengerasan dan pelebaran landasan dari 2.400 x 30 meter menjadi 2.400 x 45 meter. Saat ini pada tahap lelang. Gedung Terminal ditargetkan selesai 31 Maret atau April 2018. Nantinya, bandara ini akan dijadikan bandara Internasional, Kemenpar memiliki pengalaman dengan Bandara Silangit dan Belitung.

“Nomadic Tourism dan Sea Plane jika dikombinasikan maka akan sempurna,” ujar Arief Yahya dalam keterangan yang diterima KONTAN, Sabtu (17/3).

Menpar pun mendorong Kadispar Maluku Utara untuk menjalankan program tersebut, dan Kementerian Pariwisata akan membantu dengan menghubungkan ke para investor.

Sesuai karakternya, nomadic tourism adalah konsep dimana fasilitas pariwisata juga bisa dipindah-pindah alias tidak permanen. Sementara itu, PIC Program Nomadic Tourism, Waizly Darwin mengatakan, Nomadic Tourism adalah jawaban Kemenpar untuk mendongkrak jumlah amenitas pariwisata.

“Sebab tren amenitas di tingkat global beralih ke amenitas berbasis experience. Bila dulu yang dicari adalah hotel berbintang atau non bintang, kini yang banyak diburu seperti specialty lodging, homestay/guesthouses, atau bumi perkemahan glamping,” ujarnya.

Kini membangun “hotel berbintang” cukup dengan modal investasi sebesar Rp 70 juta per kamar. “Kamar ini bisa didirikan di daerah-daerah yang memiliki tempat wisata. Kamar hotel juga bisa dipindah bila lokasi dianggap kurang prospektif di kemudian hari," terang Waizly.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×