kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menpar: Akurasi jurnalis sangat membantu sektor pariwisata


Sabtu, 09 Februari 2019 / 14:22 WIB
Menpar: Akurasi jurnalis sangat membantu sektor pariwisata


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebut akurasi jurnalis dalam memberitakan bencana alam yang terjadi pada suatu wilayah akan sangat membantu mengurangi dampak bencana tersebut pada sektor pariwisata.

Arief Yahya mengatakan belakangan ini musibah bencana alam mulai dari erupsi gunung, gempa bumi, dan tsunami yang terjadi di destinasi pariwisata Tanah Air. Hal ini jelas berdampak dampak besar terhadap sektor pariwisata dengan turunnya kunjungan wisman dan perolehan devisa.

“Begitu muncul bencana, media gencar memberitakan kemudian diikuti 'travel advice' dari negara-negara sumber wisman. Bila pemberitaan bencana tersebut cepat dan akurat akan mengurangi dampak negatif pada pariwisata,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima KONTAN, Sabtu (9/2).

Menpar Arief Yahya mengambil contoh bencana erupsi Gunung Agung Bali pada 2017. Bencana ini membawa dampak pada turunnya kunjungan hingga 1 juta wisman dengan pengeluaran sebesar US$ 1 miliar.

“Bencana erupsi Gunung Agung 2017 membuat banyak negara mengeluarkan ‘travel advice’ dengan dampak yang berbeda-beda. Travel advice yang dikeluarkan pemerintah Tiongkok 100% diikuti wisatawannya atau warga negaranya, sedangkan Australia hanya 20%,” tambah Arief Yahya.

Saat terjadi erupsi Gunung Agung di Bali misalnya, pihaknya sempat melayangkan permintaan secara khusus kepada Pemerintah Tiongkok agar segera mencabut travel advice bagi warga negaranya yang akan bepergian khususnya ke Bali.

"Dalam pembicaraan dengan pejabat Tiongkok, mereka minta agar penetapan ‘darurat Bali’ dicabut. Pengalaman atas peristiwa tersebut terkait dengan pemberitaan ‘darurat’ sehingga jurnalis dituntut menyajikan beritanya dengan akurat, melokalisasi kejadian hanya di tempat perkara sesuai ketentuan BNPB dan bukan meluaskannya seakan seluruh Bali darurat bencana," kata Arief.

Sementara itu, Imam Wahyudi Anggota Dewan Pers mengatakan, pemberitaan bencana yang akurat harus dikedepankan karena hal itu menjadi bagian profesionalitas para jurnalis untuk menjunjung tinggi etika dan kode etik jurnalistik. “Di era media digital, kecepatan dan akurasi itu merupakan potongan dan irisan antara etika dan misi media,” kata Imam Wahyudi.

Ia menjelaskan, misi media terkait dengan nilai bisnis, dimana bagi media online misalnya akan terlihat dari view atau rating pembaca, sementara etika mengedepankan pemberitaan yang berimbang dan jelas. "Pada dasarnya jurnalisme berjalan sesuai dengan kaidahnya,” imbuh Imam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×