CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.882   -22,00   -0,14%
  • IDX 7.137   -77,78   -1,08%
  • KOMPAS100 1.092   -10,78   -0,98%
  • LQ45 871   -4,94   -0,56%
  • ISSI 215   -3,31   -1,52%
  • IDX30 446   -2,03   -0,45%
  • IDXHIDIV20 539   -0,53   -0,10%
  • IDX80 125   -1,22   -0,96%
  • IDXV30 135   -0,43   -0,32%
  • IDXQ30 149   -0,44   -0,29%

Menlu ingin sawit turut dinegosiasikan dalam perjanjian IEU-CEPA


Selasa, 19 November 2019 / 12:22 WIB
Menlu ingin sawit turut dinegosiasikan dalam perjanjian IEU-CEPA
ILUSTRASI. Petani sawit mengangkut hasil kebun mereka untuk dibawa ke lokasi loading Terima Buah Sawit (TBS) di Desa Semoi III, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Rabu (28/8/2019). Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan negosias


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo telah meminta agar perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa (Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement/IEU-CEPA) bisa diselesaikan akhir tahun 2020.

Meski begitu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan negosiasi perjanjian ini masih belum tuntas sepenuhnya, khususnya berkaitan dengan sawit.

Baca Juga: Kementerian ESDM uji coba distribusi B30 di 8 titik, pasokan FAME ditambah 72.000 KL

"Kami hanya ingin memastikan bahwa di negosiasi dengan Uni Eropa, sawit akan menjadi salah satu elemen yang dinegosiasikan," ujar Retno di hadapan pengusaha Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Selasa (19/11).

Retno berpendapat, sawit ini menjadi penting untuk jadi perhatian mengingat terdapat sekitar 16 juta masyarakat Indonesia yang berkaitan atau bekerja di industri sawit.

Menanggapi ini, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani mengatakan, sawit Indonesia memang merupakan persoalan yang sangat pelik. Apalagi, selama ini terdapat anggapan bahwa sawit Indonesia  didiskriminasi oleh Uni Eropa.

"Karena itu kita harus mencari solusinya melalui perjanjian ini. Jadi ini ada dua sisi yang harus kita tarik-ulur," tutur Shinta.

Baca Juga: Mahkota Group (MGRO) resmi akuisisi PKS, begini dampaknya ke bisnis perseroan

Meski begitu, Shinta juga berharap negosiasi IEU-CEPA ini terus dilanjutkan. Pasalnya, perjanjian dagang ini dianggap bermanfaat bagi Indonesia, khususnya dalam sektor padat karya. Menurut Shinta, semakin perjanjian ini ditunda, maka Indonesia masih kalah bersaing dengan Vietnam dalam bidang tekstil, alas sepatu dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×