kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Menko: Neraca perdagangan bisa kembali defisit


Jumat, 17 April 2015 / 22:47 WIB
Menko: Neraca perdagangan bisa kembali defisit
ILUSTRASI. Twibbon Hari Wayang Nasional 2023.


Sumber: Antara | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan neraca perdagangan bisa kembali mengalami defisit, setelah pada tiga bulan pertama 2015 tercatat surplus. Hal itu dikarenakan pemerintah membutuhkan impor untuk pembangunan infrastruktur.

"Pasti itu akan terjadi (kemungkinan defisit), kita kalau membangun infrastruktur memerlukan banyak impor barang modal. Begitu juga investasi asing, mereka membangun pabrik juga mengimpor barang modal. Itu akan menyumbang defisit," katanya di Jakarta, Jumat (17/4).

Sofyan mengatakan meskipun impor barang modal akan meningkat untuk membantu pertumbuhan investasi, namun impor tersebut berkualitas dan dalam jangka panjang dapat ikut membantu mendorong kinerja perekonomian.

"Tidak ada masalah selama kualitas defisit itu bagus. Dulu 'current account deficit' kita besar, karena impor untuk BBM subsidi. Sekarang misalnya impor untuk membangun pembangkit listrik, awalnya itu menyumbang defisit, tapi setelah jadi, industri akan berkembang dan mendorong ekspor," ujarnya.

Namun, ia mengakui perlu ada upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor dan caranya adalah dengan meningkatkan kinerja sektor industri substitusi impor serta mendorong pemanfaatan tingkat komponen dalam negeri.

"Kita harus menciptakan teknologi untuk meningkatkan tingkat komponen dalam negeri. Itu perlu waktu, misalnya kalau sekarang untuk membangun pembangkit listrik, ada kewajiban komponen dalam negeri 40 persen, nanti itu bisa dinaikkan lagi. Jadi tidak bisa tercapai dalam sekejap, yang penting jelas dan konsisten," jelasnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2015 mengantongi surplus sebesar US$ 1,13 miliar, yang dipicu oleh surplus non-migas sebesar US$ 1,41 miliar.

"Neraca perdagangan mengantongi surplus sebesar US$ 1,13 miliar yang dipicu surplus non-migas sebesar US$ 1,41 miliar, sementara defisit migas sebesar US$ 279,2 juta," kata Kepala BPS Suryamin, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (15/4).

Secara kumulatif, neraca perdagangan periode Januari-Maret 2015 masih mencatatkan surplus US$ 2,43 miliar. Dengan secara keseluruhan neraca non-migas mencatatkan kinerja surplus sebesar US$ 2,83 miliar, sementara defisit neraca migas kurang lebih sebesar US$ 400 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×