Reporter: Adi Wikanto, Lailatul Anisah | Editor: Adi Wikanto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembayaran utang untuk proyek kereta cepat Whoosh menjadi polemik setelah Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menolak penggunaan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Berapa utang dan beban bunga proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut?
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menolak jika utang Whoosh yang dioperasikan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dibayar APBN. Purbaya menilai tanggung jawab pembayaran utang seharusnya dikelola oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara Indonesia yang menaungi proyek tersebut.
"Utang KCIC dibiayai APBN, saya belum dihubungi untuk masalah itu, nanti begitu ada saya di jumpa pers mingguan, saya kasih tahu updatenya seperti apa," kata Purbaya via Zoom saat mengisi Media Gathering Kemenkeu 2025 di Novotel Bogor, Jawa Barat, Jumat (10/10/2025).
Baca Juga: Pre-Order iPhone 17, Telkomsel Tawarkan Sejumlah Keuntungan, Cek Juga Harga Resmi
Sementara, CEO Danantara Rosan P. Roeslani mengungkapkan proses negosiasi restrukturisasi utang jumbo dari proyek PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) atau Whoosh tengah berlangsung intensif dengan pihak China.
"Iya, sedang berjalan dengan pihak China, baik dengan pemerintah China maupun dengan NDRC (National Development and Reform Commission), itu sedang berjalan,” ujar Rosan saat ditemui usai agenda forum di Jakarta International Convention Center (JCC), Rabu (8/10/2025).
Rosan menjelaskan, restrukturisasi yang sedang dirancang bukan hanya untuk menyelesaikan permasalahan jangka pendek, melainkan untuk memastikan keberlanjutan proyek dalam jangka panjang.
“Kita maunya bukan restrukturisasi yang hanya menyelesaikan potensi masalah sesaat. Kita ingin reformasi yang komprehensif, agar ke depan tidak lagi muncul kemungkinan seperti default dan persoalan lainnya,” tegasnya.
Menurut Rosan, pemerintah ingin memastikan restrukturisasi dilakukan secara menyeluruh agar struktur pembiayaan dan pengelolaan proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB), maupun potensi pengembangan ke Jakarta–Surabaya, dapat berjalan secara berkelanjutan.
"Intinya, kalaupun ini (Kereta Cepat) yang Jakarta-Surabaya dilaksanakan, strukturnya itu adalah struktur yang benar-benar sustainable," ungkap Rosan.
Tonton: Menkeu Purbaya Yudhi Sambangi Menteri Perumahan Maruarar, Ini yang Dibahas
Rincian utang kereta cepat Whoosh
Diberitakan KOMPAS.com, jumlah investasi pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung menembus sekitar 7,27 miliar dollar AS atau Rp 120,38 triliun (kurs Rp 16.500). Dari total investasi tersebut, sekitar 75 persen dibiayai melalui pinjaman dari China Development Bank (CDB), dengan bunga sebesar 2 persen per tahun.
Utang pembangunan Whoosh dilakukan dengan skema bunga tetap (fixed) selama 40 tahun pertama. Bunga utang KCJB ini jauh lebih tinggi dari proposal Jepang yang menawarkan 0,1 persen per tahun.
Selain itu, total utang tersebut belum menghitung tambahan penarikan pinjaman baru oleh KCIC karena adanya pembengkakan biaya (cost overrun) yang mencapai 1,2 miliar dollar AS, bunga utang tambahan ini juga lebih tinggi, yakni di atas 3 persen per tahun.
Sebagian besar pembiayaan proyek Whoosh memang ditopang dari pinjaman CDB, ditambah penyertaan modal pemerintah lewat APBN, serta kontribusi ekuitas konsorsium BUMN Indonesia dan perusahaan China sesuai porsi sahamnya masing-masing di KCIC.
Lebih dari separuh biaya untuk menutup cost overrun berasal dari tambahan utang CDB. Sisanya berasal dari patungan modal BUMN Indonesia dan pihak China yang menggarap proyek ini. Cost overrun itu ditanggung oleh kedua belah pihak, di mana 60 persen ditanggung oleh konsorsium Indonesia dan 40 persen ditanggung oleh konsorsium China.
Mengutip pemberitaan KOMPAS.com pada 9 Januari 2024, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) kala itu, Didiek Hartantyo mengungkapkan, besaran bunga utang Kereta Cepat Jakarta Bandung dari CBD itu terbagi menjadi dua tergantung pada denominasi utang.
Total utang 542,7 juta dollar AS diberikan dalam denominasi dollar AS sebesar 325,6 juta dollar AS (Rp 5,04 triliun) bunganya 3,2 persen dan sisanya sebesar 217 juta dollar AS (Rp 3,36 triliun) diberikan dalam denominasi renminbi alias yuan (RMB) dengan bunga 3,1 persen.
"Tingkat suku bunga flat selama tenor 45 tahun. Untuk loan (denominasi) dollar AS 3,2 persen, untuk loan dalam RMB 3,1 persen," ujarnya kepada Kompas.com.
Didiek mengatakan, utang dari CBD ini digunakan untuk menutupi porsi cost overrun KCJB yang ditanggung oleh konsorsium Indonesia sebesar 75 persen dan 25 persen sisanya akan dipenuhi dari PMN yang bersumber dari APBN Indonesia.
"Pinjaman dari CDB merupakan pendanaan cost overrun dari pinjaman porsi konsorsium Indonesia 542,7 juta dollar AS. Untuk porsi equity porsi konsorsium Indoensia telah dipenuhi dari PMN," tuturnya.
Baca Juga: Resmi Dijual Di Bandung, Harga BYD Atto 1 Lebih Mahal Dibanding Jakarta, Cek BYD Lain
Selanjutnya: Ciputra (CTRA) Tak Tambah Proyek Apartemen Meski PPN DTP 100% Diperpanjang
Menarik Dibaca: Daftar 6 Film Sutradara Kimo Stamboel, Banyak Produksi Film Horor Populer Lo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News